Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kopi dan Sebuah Jejak Memori

30 September 2022   21:49 Diperbarui: 30 September 2022   21:51 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara soal kopi, setiap orang mungkin punya ceritanya masing-masing. Baik dalam hal pertemuan awal, proses "pembentukan" selera, sampai memori-memori lain.

Saya sendiri awalnya berkenalan dengan kopi semasa bocah. Berawal dari kebiasaan  kakek saya minum kopi tiap hari, saya mulai penasaran, tapi baru mulai berani mencoba di usia SMP.

Awalnya, saya mencoba dari kopi sachet dan kopi kemasan, tapi ada dua titik ekstrem yang membuat saya akhirnya "naik level" ke kopi bubuk murni, sambil sesekali mencoba kopi kafe. Ternyata, situasi ini membuat saya menjalani adaptasi secara gradual, dari kopi kemasan ke kopi murni.

Dua titik itu adalah rasa yang terlalu manis pada kopi kemasan (baik kemasan kardus, botol maupun kalengan) dan rasa kopi yang kurang terasa pada kopi sachet. Kecuali, pada produk ekstraksi kopi murni seperti Nescafe Classic.

Untuk rasa kopi yang terlalu manis pada kopi kemasan, umumnya itu disebabkan karena adanya campuran pemanis buatan.
Sementara itu, rasa kopi yang kurang "nendang" pada kopi sachet umumnya datang dari persentase kopi murni yang "minimalis", jika yang dilihat adalah bobot kemasan secara keseluruhan.

Jika kita mau membaca komposisi bahan dengan teliti, persentase kopi murni pada kopi sachet dan kopi kemasan memang tidak tinggi, ada yang 10 persen, ada yang 15 persen. Sisanya dibagi-bagi antara krimer, gula, flavour/perisa (jika ada) dan campuran lain.

Sebenarnya, ini tercantum dalam komposisi produk, tapi kadang luput dari perhatian. Di sinilah letak perbedaan mendasar, antara kopi murni dan kopi kemasan.

Secara reaksi, perbedaan inilah yang membuat kopi kemasan punya efek reaksi "pembakaran" yang cukup cepat di awal, tapi lebih cepat "habis" ketimbang kopi murni. Inilah yang membuat kopi murni terasa lebih "keras" bagi sebagian orang.

Uniknya, meski reaksi kopi murni cenderung lambat, reaksinya tidak cepat "habis". Semakin kuat dan tebal karakter rasa kopinya, semakin tidak cepat "habis" reaksi dan semakin kuat karakter rasa khas kopinya.

Keunikan kopi murni dari Indonesia semakin lengkap, karena Indonesia punya banyak daerah penghasil kopi, dari Aceh sampai Papua, lengkap dengan karakter rasa masing-masing

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun