Sederhananya, ekonomi Inklusif yang didasari oleh budaya inklusif itu seperti bangunan kokoh yang tahan bencana karena fondasinya sangat kuat. Tapi, perlu perjuangan panjang untuk sampai ke sana.
Di sini, semua pihak terkait perlu berkolaborasi, sehingga dapat menghasilkan kebijakan terpadu, berkualitas dan berkelanjutan. Dengan demikian, sekalipun nanti periode Presidensi G20 Indonesia sudah selesai, upaya membangun ekonomi Inklusif tidak ikut selesai begitu saja.
Selama syarat "sehat jasmani rohani" di dunia kerja, dan budaya diskriminatif terhadap penyandang disabilitas masih ada, disitulah ekonomi Inklusif masih jadi perjuangan panjang untuk dicapai.