Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Di Balik Fenomena "Bayernliga" di Bundesliga Jerman

26 April 2022   13:23 Diperbarui: 27 April 2022   08:50 2173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Bayern Munchen melakukan selebrasi merayakan gelar juara Bundes Liga. Foto: AFP/CHRISTOF STACHE via Kompas

Hasilnya, dari akademi mereka, muncul nama Kai Havertz, yang dijual ke Chelsea dengan harga transfer 80 juta euro. Angka ini masih menjadi rekor penjualan termahal klub.

Sementara itu, pemain-pemain hasil polesan Die Werkself yang dijual mahal antara lain Son Heung Min, Hakan Calhanoglu, dan Julian Brandt. Mereka mampu mendatangkan profit cukup besar, di saat performa klub cenderung naik turun, bahkan kadang absen tampil di kompetisi antarklub Eropa.

Secara strategi, kebijakan dan pergeseran tren di klub-klub Bundesliga Jerman ini mirip dengan yang sudah lebih dulu terjadi di Eredivisie Belanda, Ligue 1 Prancis, dan Primeira Liga Portugal.

Klub dari ketiga liga ini kerap menghadirkan pemain bintang, baik dari akademi maupun hasil transfer, sebelum akhirnya dijual lagi dengan harga mahal.

Dari sinilah klub mendapat profit, dan liga ini muncul sebagai "batu loncatan" pemain muda menuju liga top Eropa. Salah satu klub yang belakangan menjadi sorotan adalah Benfica, dengan Darwin Nunez (Uruguay) sebagai properti panas terkini.

Sebelumnya, klub raksasa Portugal itu sukses mengorbitkan dan menjual mahal Joao Felix ke Atletico Madrid seharga lebih dari 100 juta euro.

Di satu sisi, pergeseran tren ini cukup menguntungkan secara finansial. Apalagi dalam kondisi pemulihan setelah limbung akibat imbas pandemi. Dari transfer pemain, ada kesempatan untuk memperbaiki, bahkan memulihkan kondisi keuangan klub.

Tapi, di sisi lain, ini akan mengurangi daya kompetitif liga di dalam negeri, karena klub dibuat terjebak dalam fase "membangun tim" tapi bangunan itu seperti dikondisikan untuk tak pernah jadi.

Jika dalam liga tersebut ada tim dominan, tim tersebut akan leluasa mendominasi, tanpa ada ganjalan berarti. Tapi, beban mental klub dominan itu akan jadi berat di Eropa, karena mereka jadi gacoan utama liga. Sekali tumbang, selesai sudah.

Di Bundesliga, kita melihatnya pada Bayern Munich, seperti halnya PSG di Prancis. Sementara itu, Eredivisie Belanda dan Primeira Liga Portugal masih sedikit lebih variatif, karena punya tiga klub dominan.

Belanda punya "De Grote Drie" alias "The Big Three" dalam trio Ajax Amsterdam, PSV Eindhoven dan Feyenoord Rotterdam. Sementara itu, Portugal punya FC Porto, Benfica dan Sporting Lisbon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun