Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Di Balik Fenomena "Bayernliga" di Bundesliga Jerman

26 April 2022   13:23 Diperbarui: 27 April 2022   08:50 2173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Bayern Munchen melakukan selebrasi merayakan gelar juara Bundes Liga. Foto: AFP/CHRISTOF STACHE via Kompas

Selebrasi juara Bundesliga skuad Bayern Munich (Independent.co.uk)
Selebrasi juara Bundesliga skuad Bayern Munich (Independent.co.uk)

Pola ini belakangan sempat ditiru PSG di Ligue 1 Prancis, kala mereka menggaet Kylian Mbappe dari AS Monaco. Momen ini terjadi, tak lama setelah klub masa muda Thierry Henry itu juara Ligue 1 dan lolos ke semifinal Liga Champions musim 2016/2017.

Tapi, faktor kedua menjadi satu hal unik. Penyebabnya, selain karena ikut berhubungan dengan faktor pertama, pola pikir "money oriented" juga mewakili satu pergeseran tren di klub-klub Bundesliga Jerman.

Seperti diketahui, meski terkesan membosankan, Bundesliga punya klub-klub dengan akademi pemain muda cukup bagus. Makanya, selalu saja ada pemain muda berbakat yang muncul di sini, karena akademi mereka diberdayakan dengan baik.

Tapi, tren itu belakangan mulai bergeser, khususnya sejak suksesnya strategi transfer ala RB Leipzig. Seperti diketahui, sejak kemunculannya di kasta tertinggi, mereka cukup rutin menjual mahal pemain muda yang mereka orbitkan.

Selain Upamecano dan Sabitzer, ada Ibrahima Konate dan Naby Keita yang diboyong Liverpool dan Timo Werner yang dibeli mahal oleh Chelsea. Kebiasaan ini sejalan dengan konsep "beli murah jual mahal" yang memang menjadi rumus transfer andalan Si Banteng Merah.

Alhasil, klub yang tadinya lebih banyak mengandalkan akademi pemain muda sebagai "komoditas ekspor", kini mulai mengoptimalkan kemampuan pencari bakat. Hasilnya, muncul pemain-pemain muda yang direkrut dengan harga murah, tapi dapat dipoles kemampuannya, sehingga mampu berkembang dan dijual mahal.

Belakangan, strategi transfer ini juga ditiru Borussia Dortmund, saat mereka menjual mahal Christian Pulisic ke Chelsea, dan Jadon Sancho ke Manchester United. Daftar ini hampir dipastikan masih akan bertambah, karena mereka punya Erling Haaland dan Jude Bellingham, yang sudah dilirik klub raksasa Eropa.

Selain RB Leipzig dan Dortmund, klub-klub lain yang juga diketahui melakukan pendekatan serupa antara lain Hoffenheim dan Bayer Leverkusen.

Hoffenheim mengeruk cuan setelah menjual Roberto Firmino ke Liverpool dengan ongkos 41 juta euro, tahun 2015 silam. Sebelumnya, Hoffe hanya mengeluarkan ongkos 4 juta euro saat mendatangkannya dari Figueirense, klub liga Brasil.

Kasus unik muncul pada kebijakan transfer Bayer Leverkusen. Klub milik perusahaan farmasi Bayer itu tak hanya mengandalkan strategi "beli murah jual mahal", tapi juga memberdayakan pemain didikan akademi klub.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun