Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Imlek, antara Memori dan Gap Generasi

1 Februari 2022   22:39 Diperbarui: 1 Februari 2022   23:30 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memori (Freepik.com)

Bicara soal momen Imlek, setiap orang mungkin punya perspektif sendiri, dan itu banyak dipengaruhi lingkungan terdekat masing-masing. Kadang, ada rasa berbeda dari satu tahun ke tahun lain.

Untuk Imlek tahun ini, sebenarnya kata memori masih mewarnai, karena  berkesempatan pulang kampung sebentar ke Wonosobo, satu kota kecil di Jawa Tengah, yang notabene kampung halaman saya.

Meski kotanya sudah lumayan berubah dibanding waktu saya kecil dulu, ada potongan-potongan memori yang masih hadir dalam ingatan.

Misalnya, dalam perjalanan waktu berkunjung ke makam Opa dan Oma, ingatan saya melayang sejenak ke momen waktu saya berjalan kaki ke sana bersama Opa waktu menengok makam Oma.

Saya ingat, kami berjalan kaki pulang pergi tanpa terburu-buru. Maklum, kompleks pemakaman itu terletak di atas bukit, dan jalan aspal menuju ke sana lumayan menanjak dan menurun.

Meski setiap sampai di rumah saya selalu kelelahan, pada saat bersamaan saya selalu merasa lega, karena selalu bisa melakukannya dengan baik.

Di sisi lain, meski Opa tak pernah membakar semangat seperti motivator di televisi, momen "jalan-jalan" itu tak pernah membosankan, karena kami bisa saling bertukar posisi, saat mendengar atau didengar. Dari sini juga, Opa banyak mengajarkan soal penerimaan diri.

Sebagai contoh, kalau saya tersandung dan jatuh, Opa selalu memberikan sedikit waktu untuk menenangkan diri, sebelum lanjut berjalan, sambil mengingatkan saya untuk hati-hati dan tidak terburu-buru, karena inilah "ciri" tubuh saya: tidak dirancang untuk bisa bergerak cepat.

Kalaupun sedang tidak beruntung karena mengalami cedera, masalah ini seharusnya tetap bisa diterima sebagai sebuah kecelakaan. Ada kalanya hal-hal seperti ini tidak bisa dihindari. Tidak semua hal berada dalam kendali mutlak manusia.

Jujur, cara pandang ini selalu bisa membuat saya punya keberanian yang sama, untuk berjalan tanpa trauma dan rasa takut pada jatuh atau cedera. Satu hal yang jadi "missing link" sejak Opa berpulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun