Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Setelah Laga Indonesia Vs Bangladesh Batal

15 Januari 2022   02:37 Diperbarui: 15 Januari 2022   02:53 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Starting eleven Timnas Indonesia di leg kedua final Piala AFF 2020, 1 Januari 2022 (AFP/Roslan Rahman via Kompas.com)

Menjelang jeda internasional akhir bulan Januari, Timnas Indonesia mendapat kabar kurang mengenakkan. Bangladesh, yang sedianya akan menjadi lawan tanding Tim Garuda batal bertanding.

Awalnya, negara Asia Selatan itu setuju untuk bertanding pada tanggal 24 dan 27 Januari 2022. Menurut rencana awal, kedua pertandingan ini akan dilangsungkan di Stadion I Wayan Dipta, Bali.

Masalahnya, berhubung adanya perubahan regulasi pemerintah, dalam rangka mengantisipasi serbuan varian Omicron, soal syarat vaksin COVID-19 dua dosis buat WNA yang berkunjung ke Indonesia, ditambah aturan karantina, pertandingan ini dipastikan batal.

Penyebabnya, sebagian pemain Timnas Bangladesh (khususnya yang berusia di bawah 25 tahun) belum mendapat dosis lengkap vaksin COVID-19. Sebagai informasi, pemerintah negara pecahan Pakistan ini masih memprioritaskan vaksin COVID-19 untuk warga negara berusia 25 tahun ke atas.

Praktis, PSSI kini berkejaran dengan waktu, untuk mencari lawan uji coba pengganti. Sejauh ini, kandidat yang muncul adalah Brunei Darussalam dan Timor Leste, dengan kepastiannya masih akan dilihat lagi dalam beberapa hari ke depan.

Dilihat dari penyebabnya, batalnya duel melawan Bangladesh jelas bukan sepenuhnya salah PSSI. Aturan vaksinasi di Bangladesh, ditambah regulasi pemerintah Indonesia, soal kunjungan WNA dan waktu karantina menjadi masalah utama.

Di sini, aturan pemerintah jelas menjadi satu hal yang tak bisa ditawar, demi keselamatan bersama. Masalahnya, negara lain pun punya aturan sendiri, yang belum tentu sinkron dengan aturan di Indonesia, seperti pada kasus vaksinasi di Bangladesh.

Perbedaan inilah yang agaknya lupa diantisipasi PSSI, sehingga mereka tak bisa berbuat banyak, saat pertandingan batal terlaksana.

Di sisi lain, PSSI tampaknya juga kurang teliti, dalam mengamati aturan pemerintah, baik di Indonesia maupun negara asal lawan uji coba. Seharusnya, ini bisa diantisipasi sejak jauh hari, jika PSSI bisa lebih teliti.

Pada masa pandemi seperti sekarang, antisipasi pada hal-hal seperti ini menjadi kunci, karena berlaku di seluruh dunia.

Masalah lainnya, PSSI sepertinya masih belum terbiasa, untuk membuat jadwal pertandingan uji coba internasional (sesuai kalender FIFA) dengan terencana. Maklum, selama ini, mereka terkesan ogah-ogahan dalam menyusun jadwal pertandingan uji coba internasional.

Makanya, kita tidak sering melihat Tim Garuda bertanding di jeda internasional, kecuali pada Kualifikasi Piala Dunia atau Piala Asia. Selebihnya, kita lebih sering melihatnya di turnamen Piala AFF atau turnamen kelompok umur, yang ternyata tak masuk kalender FIFA.

Padahal, pertandingan uji coba internasional bisa ikut membantu Timnas Indonesia menambah poin, untuk menaikkan peringkat FIFA.

Belakangan, peringkat FIFA ini menjadi satu acuan, dalam menentukan peserta kualifikasi atau undian fase grup turnamen mayor (seperti pada pot undian Kualifikasi / fase grup turnamen Piala Asia dan Piala Dunia).

Semakin baik peringkatnya, semakin bagus peluang untuk melangkah jauh. Semakin rendah peringkatnya, semakin besar peluang bertemu lawan berat, termasuk kemungkinan menjadi "pelanduk di antara gajah" jika ternyata berada di grup neraka.

Makanya, belakangan partai uji coba internasional mulai diseriusi, bahkan diatur sedemikian rupa, layaknya turnamen, seperti pada kasus UEFA Nations League, di Eropa.

Meski masih dikritik, kehadiran UEFA Nations League terbukti mampu dimanfaatkan negara berperingkat menengah atau rendah, sebagai kesempatan untuk tampil di Piala Eropa.

Buktinya, Timnas Makedonia Utara sukses lolos ke Euro 2020. Padahal, negara asal Goran Pandev ini sebenarnya termasuk tim anak bawang di Eropa.

Langkah UEFA ini lalu ditiru oleh CONCACAF (Amerika Utara, Karibia, dan Amerika Tengah) yang menghadirkan CONCACAF Nations League. Turnamen ini sekaligus menjadi ajang kualifikasi Piala Emas CONCACAF (setara Euro di Eropa).

Berhubung format "Nations League" belum ada di Asia, sudah seharusnya PSSI mulai mengatur jadwal pertandingan uji coba internasional dengan baik, dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, sehingga pembatalan seperti pada jadwal pertandingan melawan Bangladesh tidak terulang, karena sudah tertangani dengan baik.

Tak masalah siapapun lawannya, yang penting rutin mendapat hasil positif, dan peringkat FIFA Timnas Indonesia terus membaik. Jadi, ada kesempatan untuk Timnas Indonesia bisa bersaing di kualifikasi turnamen mayor, syukur-syukur bisa lolos dan tidak hanya "numpang lewat" berkat modal peringkat FIFA yang baik.

Bisa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun