Tren ini sudah terlihat, sejak Lionel Scaloni melatih La Seleccion usai Piala Dunia 2018. Inilah satu faktor yang membuatnya bersinar terang, saat memimpin Argentina berjaya di Copa America 2021.
Di PSG, pola ini juga terlihat, lewat performa oke di Liga Champions, meski catatan golnya masih belum pecah telur di Ligue 1. Sebelumnya, di musim terakhir bersama Barcelona, Messi bahkan diizinkan absen di pertandingan terakhir La Liga, supaya bisa fokus mempersiapkan diri jelang Copa America 2021.
Untuk saat ini, berhubung Timnas Argentina sudah lolos ke Qatar, bukan kejutan kalau grafik performa La Pulga bersama Les Parisiens nanti akan meningkat, karena "tugas negara", yakni lolos ke Piala Dunia 2022, sejauh ini sudah beres. Jadi, ia bisa fokus di klub.
Jika strategi pengaturan skala prioritas ala Messi berhasil, bukan kejutan juga kalau nanti Ronaldo akan menirunya. Kecuali, jika ia masih bangga dengan fisikalitas dan pola hidup sehatnya.
Meski terlihat paradoksal, situasi yang ditampilkan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo belakangan ini menunjukkan, seberapa krusial pengaturan skala prioritas, karena tak selamanya semua bisa dikerjakan sekaligus dalam sekejap. Bandung Bondowoso dan Sangkuriang yang dibantu pasukan gaib saja gagal, apalagi manusia biasa.
Mampu ber-multitasking memang keren, tapi kalau hasilnya tak optimal, justru akan menghasilkan masalah baru. Mungkin, inilah kenapa manusia diciptakan punya satu tubuh dan kepala, meski punya dua tangan, dua mata, dua telinga, dan dua kaki.