Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berkenalan dengan Rumah Adat Suku Sasak di Desa Sade

16 November 2021   00:01 Diperbarui: 16 November 2021   00:04 5021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Adat Suku Sasak di Desa Sade (Sumber gambar: Okezone.com)

Selain itu, antara Bale Dalem dengan Bale Luar dihubungkan dengan anak tangga berjumlah tiga, yang secara filosofis menyimbolkan fase kehidupan manusia yaitu lahir, berkembang, dan mati. Secara posisi, Bale Dalem letaknya lebih tinggi dibandingkan dengan Bale Luar.

Lantai rumah Bale Tani terbuat dari campuran tanah, getah pohon, dan abu yang kemudian diolesi dengan kotoran kerbau. Menurut warga Desa Sade, kotoran kerbau berfungsi sebagai penghilang kelembaban tanah dan juga mengusir nyamuk. Warga desa Sade punya kebiasaan unik yang khas yaitu mengepel lantai menggunakan kotoran kerbau setiap dua minggu sekali. Pada masa sebelum ada cor semen, mereka terbiasa mengoleskan kotoran kerbau di lantai rumah hanya bercampur dengan air saja.

Dinding-dinding Bale Tani terbuat dari anyaman bambu. Bahan bangunan seperti kayu dan bambu didapatkan dari lingkungan sekitar. Di sini, paku dari bambu biasa digunakan, untuk menyambung bagian-bagian kayu.

Atap Bale Tani didesain sangat rendah dengan pintu berukuran kecil, bertujuan agar tamu yang datang harus merunduk. Sikap merunduk merupakan simbol sikap saling respek antara tamu dengan tuan rumah. Atap dan bubungannya dibuat dari jerami atau alang – alang, dan rumbia

Dari sekelumit cerita di atas, kita dapat menyimpulkan, Rumah Adat Suku Sasak di Desa Sade memiliki keunikan tersendiri, dan sarat nilai-nilai mendalam, baik dari segi fungsi, estetika, budaya, dan filosofis. Maka, wajar jika pada tahun 2010 Rumah Adat Suku Sasak di Desa Sade ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, sebagai  "Warisan Budaya Takbenda Indonesia”. Kini, Desa Sade telah berkembang menjadi salah satu destinasi wisata budaya di Lombok, dengan Rumah Adat Suku Sasak sebagai ikonnya.

Sekilas, dua tulisan saya tentang Suku Sasak terlihat “out of topic” dengan lomba seputar DSP Mandalika, yang bertemakan wisata olahraga dan alam. Tapi, bahasan tentang Suku Sasak ini menjadi relevan, dalam posisi mereka sebagai masyarakat setempat di Lombok, yang notabene merupakan satu target utama pemberdayaan dalam program “Wonderful Indonesia” dan “di Indonesia Aja”.

Di sisi lain, budaya yang dimiliki masyarakat Suku Sasak juga menunjukkan, bagaimana kondisi alam Pulau Lombok turut mempengaruhi corak budaya mereka. Salah satu produk budayanya adalah Kain Tenun Khas Suku Sasak, yang saya bahas di tulisan saya sebelumnya.

Inilah cara adaptasi, yang memungkinkan mereka dapat hidup berdampingan dengan alam, dari generasi ke generasi. Jika keunikan ini mampu disinergikan dengan kemegahan Sirkuit Mandalika dan keindahan alam Pulau Lombok secara umum, bukan tak mungkin Lombok, dengan DSP Mandalika sebagai gerbangnya, akan jadi destinasi wisata kelas dunia, seperti halnya Bali, yang memang sudah mendunia.

Masyarakat setempat, berikut budayanya, menjadi poin yang juga layak dilihat, dan diberdayakan, karena keberadaan mereka ikut membangun ciri khas suatu daerah. Dengan demikian, masyarakat setempat, seperti halnya warga Suku Sasak, tak akan jadi “penonton di rumah sendiri” dalam gemerlap kemegahan, dan pesona keindahan di DSP Mandalika.

Referensi:

  • Widianti, A. N. K. (2017). Preservasi Rumah Adat Desa Sade Rembitan Lombok Sebagai Upaya Konservasi. Vitruvian, 6(3), 185916.
  • Proyek Penelitian, & Pencatatan Kebudayaan Daerah. (1978). Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat. Direktorat Jenderal Kebudayaan.
  • Lia H, Dian Kristiani (2018). Rumah Adat, Seri Ensiklopedia Negeriku. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer (BIP), Anggota IKAPI. hlm. 58. ISBN 978-602-483-437-1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun