Akibatnya, ia butuh waktu lebih lama, untuk bisa kembali ke level terbaik, baik secara fisik maupun performa.
Inilah yang membuat start pemain asal Rosario di Prancis terlihat lambat.
Di sisi lain, mengingat usianya yang sudah 34 tahun, Messi tak lagi bisa bermain di semua pertandingan. Jelas, ia tak bisa diforsir seperti dulu.
Secara teknis, perannya di PSG juga sangat berbeda dengan di Timnas Argentina. Di PSG, pelatih masih belum bisa memadukannya dengan Neymar dan Kylian Mbappe, sementara dirinya masih menjadi inspirator serangan Albiceleste, dengan belakangan fokus menjadi pemain nomor 10.
Inilah perbedaan yang membuat performa Messi terlihat lebih bagus saat membela Tim Tango. Terbukti, dari 5 penampilan terakhir bersama negara, tepatnya sejak resmi pindah ke PSG, 4 gol berhasil dicetaknya.
Perbedaan ini menjadi satu kontradiksi lainnya, karena selama ini ia justru lebih kinclong bersama Barcelona ketimbang Timnas Argentina.
Kebetulan, PSG juga memberinya previlese untuk memprioritaskan Timnas Argentina, karena agenda kualifikasi Piala Dunia memang cukup padat karena imbas pandemi, dan La Pulga memang ingin berusaha semaksimal mungkin, untuk membantu La Seleccion lolos dan berbicara banyak di Qatar.
Melihat situasinya, akan sedikit aneh jika ada harapan sangat besar pada performanya di PSG dalam waktu dekat, karena jalan ke sana masih cukup panjang. Di sini, kita hanya perlu menikmati setiap aksi ajaibnya di lapangan, dan setiap progres yang diperlihatkannya.
Memang, perlu waktu sampai benar-benar panas, tapi, sekali "panas", pemain seperti Messi akan sulit dihentikan, seperti mesin diesel.