Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sepotong Ingatan di Palmerah

18 September 2021   10:40 Diperbarui: 18 September 2021   10:50 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Tamita Wibisono

Selama menjadi Kompasianer, saya awalnya tak pernah ikut event offline. Penyebabnya, belum ada informasi yang cukup mendukung. Kalaupun ada, saya biasanya tak mendapat respon, karena tak dikenal.

Kalaupun ada grup chat yang saya ikuti, grup itu terkait langsung dengan Kompasiana di pusat, bukan daerah.
Situasi aneh ini sempat saya alami, bahkan saat sudah mendapat "centang biru" dari Kompasiana.

Tapi, waktu lalu menuntun ke kesempatan ikut event offline pertama kali yang tak terduga. Tak tanggung-tanggung, event offline Kompasiana pertama yang saya ikuti berlangsung di "dapur utama" Kompasiana, yang terletak di bilangan Palmerah, Jakarta Barat.

Event offline-nya sederhana, yakni doa bersama untuk seorang Kompasianer yang belum lama meninggal karena kecelakaan. Sebetulnya saya tak pernah bertemu langsung dengannya. Tapi, gaya menulisnya yang lugas dan sudut pandang netralnya, membuat saya bisa sedikit belajar darinya.

Maka, saat ada event doa bersama di Palmerah, saya tanpa ragu langsung mengiyakan. Kebetulan, pekerjaan di kantor saat itu bisa dibereskan lebih cepat.

Alhasil, segera setelah semua pekerjaan beres, saya langsung memesan ojek online ke Palmerah. Dari kantor saya, yang saat itu terletak di bilangan Tebet, Jakarta Selatan saya langsung meluncur.

Dengan waktu tempuh hampir satu jam, dalam lalu lintas yang cukup padat, kemacetan tetap bisa dihindari, karena driver ojek online yang saya tumpangi cukup menguasai medan. Sesekali, kami menerobos gang senggol, untuk memotong jalur.

Berkatnya, saya bisa tiba sedikit lebih awal dari jadwal semula, tanpa ada kesulitan berarti. Saat masuk ke dalam gedung, saya bahkan dibantu oleh satpam yang bertugas.

Setibanya di "dapur utama" Kompasiana, saya akhirnya bisa bertemu langsung dengan admin dan beberapa senior, yang selama ini hanya dijumpai di dunia maya. Kedatangan "wajah baru" ini awalnya sedikit membingungkan, tapi setelah saya memperkenalkan diri, semua langsung klik.

Bahkan, admin langsung mengenali, apa topik tulisan yang paling sering saya tulis di K. Sebuah cara rekognisi yang unik.

Kami lalu berdoa bersama, dan saling mengobrol. Meski kebanyakan sudah senior, suasana sore itu cukup cair.

Saat acara selesai, kami mendapat hadiah beberapa sachet kopi robusta produksi sendiri, dari seorang Kompasianer yang juga seorang fotografer. Sebuah hadiah yang cukup cocok buat seorang penulis amatir, yang biasa berkawan dengan kopi seperti saya.

Saya sendiri sebetulnya tak sempat memotret langsung momen di Palmerah. Tapi, ada Kompasianer lain yang sempat memotret dan mengunggahnya di media sosial.

Saat saya melihatnya, saya langsung teringat, itulah event offline pertama saya. Sebuah memori unik yang ikut mewarnai masa perantauan di Jakarta.

Momen yang terjadi di bulan September 2019 itu lalu menjadi awal dari kesempatan event-event offline berikutnya. Semua bergulir begitu saja. Uniknya, dari pusat, saya lalu merambah ke tingkat daerah, sekembalinya dari perantauan.

Momen ini jadi satu pengalaman pertama yang berkesan, sekaligus menjadi satu memori tersendiri, persis sebelum pandemi datang. Entah kapan bisa mampir ke sana lagi, tapi semoga kesempatan itu masih ada di lain waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun