Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Survei Microsoft dan Keluguan Warganet Kita

27 Februari 2021   07:31 Diperbarui: 27 Februari 2021   07:33 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara soal warganet Indonesia, ada begitu banyak cerita, tentang bagaimana hebatnya mereka dalam menggerakkan opini publik, lewat konten yang diviralkan.

Dalam hal berkomentar, warganet kita memang istimewa. Ada begitu banyak rasa di kolom komentar. Mulai dari kelucuan sampai yang paling bar-bar, semuanya ada. Saking menariknya, celotehan warganet di kolom komentar kadang terlihat lebih menarik dari konten utama.

Masalahnya, keaktifan warganet kita di kolom komentar punya sisi negatif, yakni daya rusak yang hebat dalam merisak sebuah akun, entah itu milik pesohor atau perusahaan kelas dunia sekalipun, dengan Microsoft sebagai korban terbaru.

Kejadian ini bermula dari survei tahunan bertajuk Digital Civility Index (DCI), yang bertujuan mengetahui tingkat kesopanan warganet suatu negara. Hasil survei ini menempatkan warganet Indonesia di posisi buncit se Asia Tenggara.

Tak dinyana, sebagian warganet kita lalu bereaksi dengan merisak akun Instagram perusahaan raksasa asal Amerika Serikat ini.

Alhasil, Microsoftkelimpungan, dan menutupkolom komentarakun Instagram. Diduga, mereka tidak tahan dengan serangan komentarwarganet Indonesia.

Situasi ini membuat saya merasa sedikit geli, karena Microsoft secara jenius telah membuktikan keabsahan hasil survei mereka sendiri. Tanpa menunggu lama, mereka langsung "mengakui" reputasi "seram" sebagian warganet Indonesia, sekaligus memperkenalkannya pada dunia.

Membanggakan? Jelas tidak.

Di sisi lain, survei perusahaan milik Bill Gates ini menunjukkan, seberapa muda umur "kebebasan" negeri ini, yang memang baru dimulai sejak reformasi 1998, setelah sebelumnya dipegang penguasa bergaya sentralistik di era Orde Lama dan Orde Baru.

Tapi, ini sekaligus membuktikan seberapa lugunya sebagian warganet kita. Alih-alih coba berintrospeksi, mereka malah mengakui secara gamblang bahwa apa yang dikatakan Microsoft itu benar, langsung lewat kolom komentar.

Padahal, untuk membuktikan itu salah kita hanya perlu diam, bukan malah bersikap sebaliknya.

Sebagai perusahaan besar, Microsoft jelas melakukan ini bukan untuk cari sensasi. Ada metodologi penelitian yang terukur dan tidak sembarangan.

Jadi, agak kekanakan kalau bereaksi negatif di sini. Apalagi, sampai merisak akun Instagram perusahaan.

Daripada sibuk memperdebatkan ini, ada baiknya kita dan semua pihak terkait mulai berbenah. Dalam artian, mengedukasi pihak yang perlu diedukasi supaya tak lagi terlalu reaktif.

Tentu perlu waktu lama untuk mematangkannya, karena umurnya masih sangat muda. Tapi, terlambat memulai masih lebih baik daripada tidak sama sekali.

Dengan harapan, tak ada lagi kekonyolan seperti ini dan paradoks lain seperti "ganas di kolom komentar, tapi termehek-mehek saat harus berurusan langsung dengan aparat kepolisian".

Kebebasan memang sebuah berkat, tapi jika tak digunakan dengan benar, ia bisa jadi senjata makan tuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun