Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Setelah Liga Indonesia Tanpa Tiket LCA

15 September 2020   13:43 Diperbarui: 15 September 2020   14:05 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trofi LCA (Beinsports.com)

Dari yang awalnya menjadi satu tiket fase grup plus satu tiket kualifikasi, berkurang menjadi satu tiket kualifikasi. Pada akhirnya, Indonesia tak kebagian tiket sama sekali per tahun 2021 mendatang.

Praktis, satu-satunya panggung di Asia tinggal Piala AFC. Itupun tak sepenuhnya aman, karena grafik prestasi tim Tanah Air belakangan menurun.

Kebijakan ini diputuskan AFC sebagai penyelenggara LCA, Minggu (13/9), bahwa Indonesia kehilangan jatah untuk tampil di sana karena Liga 1 hanya menempati peringkat ke 28, dari 46 negara  anggota AFC (peringkat ke 13 zona timur).

Khusus untuk LCA, AFC membatasi negara peserta hanya berasal dari 24 besar (12 besar di zona barat dan timur). Ini jelas merugikan, karena per tahun depan, AFC akan melibatkan 40 klub di fase grup LCA.

Tapi, seharusnya ini bisa menjadi satu peringatan buat PSSi dan semua pihak terkait, untuk mulai serius berbenah. Liga yang selama ini tampak begitu diagungkan, sedang berjalan menuju kelas medioker.

Bagaimana tidak? Jangankan di level Asia, di regional Asia Tenggara saja liga kita makin banyak tertinggal.

Dari peringkat AFC, ada Myanmar (peringkat 27),  Singapura (19), Malaysia (18), Vietnam (16), Filipina (13), dan Thailand (8). Jadi, jika AFF ada 11 anggota (termasuk Timor Leste), kita berada di posisi ketujuh, alias lima dari bawah.

Jelas, kita tak bisa lagi berleha-leha. Membanggakan animo suporter jelas tak relevan, karena ini lebih erat kaitannya pada aspek pemasaran, bukan kualitas kompetisi secara umum.

Sebagus apapun animo suporternya, jika kualitas liganya jeblok, percuma saja. Apalagi, jika suporter yang kerap dibanggakan kadang berbuat anarkis.

Kualitas liga adalah patokan utama untuk menilai kualitas kompetisi, karena inilah yang akan menghasilkan Tim nasional berkualitas.

Jadi, kita tak bisa memakai acuan yang sudah usang. Apalagi, perkembangan sepakbola di Asia cenderung dinamis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun