Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pergi

22 Agustus 2020   01:20 Diperbarui: 22 Agustus 2020   01:14 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Realita ini, juga dengan gamblang memperlihatkan, mereka adalah orang-orang yang akan selalu lari duluan, saat kesulitan datang. Tak cukup sampai disitu, mereka akan menambah kesulitan, dengan keadaan sebagai alasan utama.

Pertanyaannya, kenapa masih bisa hedonis di saat seperti ini? Entahlah. Seharusnya mereka tahu, menyampaikan sebuah kabar buruk di tempat mewah, adalah sebuah penghinaan.

Satu hal yang pasti, realita pahit inilah yang kualami di masa pagebluk ini. Tak ada bantuan apapun yang datang, selain keputusan sepihak yang menambah beban.

Solusinya?

"Aku dengar, kamu hobi menulis. Kamu bisa bekerja freelance, dan pasang harga mahal per artikel. Kamu juga bisa membukukan cerita hidupmu. Jarang ada penyandang disabilitas yang bisa sekolah di sekolah umum.", Cetus si bos dengan entengnya.

Saran yang menarik, tapi tidak terima kasih. Saran ini tidak untuk dituruti, karena datang dari mulut orang yang tak paham keadaan.

Sebenarnya, aku sudah dan masih menjalani pekerjaan freelance secara mandiri, meski kadang harus tergeser sejenak oleh pekerjaan rutin di kantor. Andai nilai rupiahnya besar seperti yang dia bilang, aku tak perlu repot-repot merantau ke ibukota.

Untuk hal kedua, aku merasa ini tidak terlalu penting untuk diceritakan, setidaknya untuk saat ini, karena aku bukan seorang pembesar. Apa yang kujalani memang kujalani karena ini bagian tugas dari Atas.

Aku tak gila sorotan, karena masih ada sangat banyak "saudara senasib" yang lebih layak mendapatkan. Aku tak butuh pengakuan dan publikasi positif, jika itu hanya untuk menutupi kebobrokan. Aku hanya akan menerima, jika memang layak mendapatkan.

Ketika aku pulang, aku merasakan, malam-malam panjang yang berat mulai menemani. Kini, aku benar-benar menapak hari-hari akhir di tempat itu. Benar, saat untuk pergi akhirnya sudah diputuskan, terima kasih untuk semuanya.

Tapi maaf, aku berjanji, ini adalah "selamat tinggal". Aku akan pergi tanpa pernah kembali, karena tak ingin dicap pesakitan lagi. Aku masih akan berjuang sampai akhir di kota ini, dan tak ingin mereka nanti hadir setelah semua sudah selesai kulewati. Aku tak ingin mereka jadi pahlawan kesiangan, karena mereka tak pernah hadir di masa sulit.

Selamat tinggal keganjilan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun