Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kenapa Pilih Pirlo, Juve?

10 Agustus 2020   22:15 Diperbarui: 30 Agustus 2020   19:33 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak lama setelah Juventus disingkirkan Lyon, di perdelapan final Liga Champions musim 2019/2020, manajemen klub memberhentikan pelatih Maurizio Sarri. Dengan demikian, kiprah pelatih nyentrik ini di kota Turin resmi berakhir, dengan Scudetto sebagai satu-satunya gelar.

Tapi, alih-alih menunjuk nama beken seperti Mauricio Pochettino, Pep Guardiola atau Zinedine Zidane, Si Zebra malah menunjuk Andrea Pirlo sebagai pelatih, dengan ikatan kontrak selama dua tahun. Menariknya, legenda Timnas Italia ini sebenarnya baru beberapa hari menjabat sebagai pelatih tim Primavera (U-23) Juve.

Jika melihat levelnya, tentu ini menjadi satu lompatan besar bagi Pirlo. Maklum Juventus U-23 saat ini berkompetisi di Serie C, dua level di bawah tim utama Si Nyonya Tua.

Dengan karir melatih yang baru saja dimulainya, pria berparas mirip Chuck Norris ini bisa saja membuat webinar "Cara Cepat Promosi Jabatan", yang dijamin akan laris manis. Melihat latar belakangnya sebagai pemain sukses di Juve, bisa dimaklumi kalau Juventini akan berharap banyak padanya.

Apalagi, Pirlo dihormati pemain-pemain senior macam Gianluigi Buffon, Giorgio Chiellini, dan Leonardo Bonucci, yang notabene merupakan eks rekan setimnya di Juventus dan Timnas Italia. Jadi, membangun suasana kondusif di ruang ganti bukan lagi perkara sulit.

Masalahnya, di Juve Pirlo akan menghadapi situasi cukup rumit. Meski punya materi tim oke, Juve sebenarnya tengah berada dalam stagnasi. Di Liga Italia, mereka memang masih digdaya, bahkan saat sedang tampil amburadul sekalipun, tapi mereka belum sebagus itu di Eropa.

Boleh dibilang, mereka seperti mengalami kebuntuan untuk bisa "naik level" di Eropa, meski sudah punya bintang sekaliber Cristiano Ronaldo. Sekilas, langkah Juve menunjuk Pirlo terlihat sembrono. Ini bisa saja berakhir seperti Clarence Seedorf dan Filippo Inzaghi di AC Milan.

Tapi, jika melihat masalah utama Juve saat ini, penunjukan Pirlo sudah tepat. Malah, ini merupakan metode "problem solving" cukup cerdas dari manajemen klub, khususnya jika melihat latar belakang Pirlo semasa bermain, yakni sebagai seorang playmaker jenius.

Benar, meski sudah punya Cristiano Ronaldo dan Paulo Dybala, Juve tak punya lagi gelandang kreatif sejak Pirlo hengkang. Kalaupun ada, kualitasnya masih belum sebanding, misalnya Aaron Ramsey dan Adrien Rabiot, sisanya adalah gelandang penjelajah macam Blaise Matuidi atau Sami Khedira.

Akibatnya, Juve sering mati kutu di Eropa, terutama jika duet Ronaldo dan Dybala tidak dalam kondisi terbaik atau diredam lawan. Beruntung, grafik tim-tim rival di Italia masih inkonsisten. Jadi, ini masih bukan masalah.

Tapi, melihat performa tim belakangan ini, lampu kuning sebenarnya sudah layak dinyalakan. Maklum, meski kembali meraih Scudetto, laju tim tampak terengah-engah dibanding biasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun