Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Pentingnya Kenyamanan dalam Menulis

28 April 2020   09:27 Diperbarui: 28 April 2020   09:45 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Huffpost.com

Bicara soal menulis sebagai sebuah hobi, satu hal yang pasti harus ada di dalamnya adalah rasa nyaman dan bebas. Dalam artian, kita bisa bebas menuangkan gagasan ke dalam tulisan, tanpa ada seorang pun yang mengganggu, apalagi mendikte, tentang apa yang harus kita tulis, dan bagaimana gaya menulis kita.

Hal ini menjadi satu perhatian, karena hobi menulis kadang disalahartikan sebagai sebuah kemampuan. Mereka yang hobi menulis, kadang dipersepsikan mampu menulis, bukan cuma satu, tapi beragam topik, apalagi jika ia pernah mempublikasikan tulisannya di media atau platform blog.

Padahal, belum tentu ia benar-benar mampu. Bisa saja, ia hanya iseng atau ingin bersenang-senang, dalam arti bebas berekspresi, tanpa ada embel-embel apapun.

Tak heran, kadang ada saja orang terdekat kita, yang bisa dengan santai menyuruh kita untuk menulis topik yang ia mau tanpa dibayar. Hanya saja, "tulisan pesanan" itu harus sesuai dengan seleranya, cara berpikirnya, dan tujuan yang diincarnya.

Jika itu adalah suatu pekerjaan profesional, dan merupakan "titah" editor, maka sudah seharusnya. Tapi, jika ini aktivitas hobi, maka ada yang salah. Karena, ia dikerjakan dengan spesifikasi layaknya tugas profesional.

Otomatis, ada tekanan, yang otomatis menghapus ruang bebas untuk menjadi diri sendiri. Benar, kita yang menulis, tapi bukan pikiran kita yang ada di sana.

Mungkin, satu pertanyaan akan muncul di benak kita, "kalau dia punya ide seperti itu, kenapa tidak dieksekusi sendiri saja?"

Jika terus memanjakan dengan mengiyakan, kita akan terus terbelenggu oleh ide dan koreksi tanpa akhir. Ketidakmampuan berkata "tidak" ini juga akan menimbulkan ketergantungan buat si pencetus ide, karena ia sudah terlanjur nyaman, tapi semakin malas karenanya. Alhasil, tak ada yang kemampuannya berkembang.

Di sini, kesenangan dalam menulis sudah hilang. Rasa senang itu sudah diganti rasa jengkel, karena kita harus melayani semua permintaan si pemesan ini sampai tuntas, sementara saat tulisan sudah jadi, kita akan kembali "menghilang" sampai dibutuhkan lagi.

Maka, penting bagi kita, terutama yang punya hobi menulis, untuk bisa memfilter hal-hal seperti ini. Jangan sampai, menulis yang seharusnya menyenangkan jadi menjengkelkan, bahkan membuat kita "ilfeel" atau hilang rasa karenanya.

Di sisi lain, dengan berkata tidak, kita juga bisa mendidik si "pemesan" tulisan dengan tidak "memanjakan" semua keinginan mereka. Tidak harus keras, yang terpenting mereka mau memahami dan menyadari. Jika mereka mau memahami, berarti cara berpikir mereka sudah lebih baik. Syukur-syukur, kalau akhirnya tergerak membuat tulisan dengan tangan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun