Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sajian Berkualitas ala De Klasieker

28 Januari 2019   07:20 Diperbarui: 28 Januari 2019   07:43 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara soal partai klasik, hampir semua liga sepakbola di dunia pasti punya duel bertajuk "partai klasik". Biasanya, partai ini mempertemukan dua tim tersukses di liga, atau dua tim yang merepresentasikan dua kota terbesar di sebuah negara.

Di Spanyol, kita menemukannya dalam laga El Clasico antara Real Madrid Vs Barcelona. Di Prancis, ada Le Classique antara Olympique Marseille Vs PSG. Di Belanda, ada De Klasieker, antara Ajax Amsterdam Vs Feyenoord Rotterdam.

Dalam beberapa kasus, partai klasik juga mempertemukan dua tim besar dari satu kota yang sama, atau dari wilayah yang berdekatan. Misalnya Derby Superclasico antara Boca Juniors Vs River Plate, atau The Northwest Derby antara Liverpool Vs Manchester United. 

Sebenarnya, masih ada begitu banyak contoh partai klasik di sepak bola. Tapi yang pasti, partai klasik semacam ini selalu menampilkan sajian istimewa, dengan atmosfer dan level kualitas permainan yang juga istimewa.
 
Kebetulan, pada Minggu, (27/1) lalu, tersaji sebuah partai klasik di liga Eredivisie Belanda, antara Feyenoord Rotterdam Vs Ajax Amsterdam. Seperti biasa, partai "Big Match" bertajuk "De Klasieker" ini selalu menampilkan atmosfer spesial. Karena, selain menampilkan dua tim tersukses di Belanda, duel ini juga mempertemukan representasi dari dua kota terbesar di Negeri Kincir Angin, yakni Amsterdam dan Rotterdam.

Aroma gengsi tinggi semakin kental, karena kedua tim sama-sama punya kebanggaan, terkait prestasi mereka di tingkat Eropa. Dimana, Feyenoord merupakan tim Belanda pertama yang meraih trofi Liga Champions (1970). Sementara itu, Ajax menjadi tim Belanda tersukses di Eropa, dengan raihan empat trofi Liga Champions (1971, 1972, 1973, dan 1995).

Selain itu keduanya sama-sama punya akademi yang rajin mengorbitkan pemain berkualitas. Dari akademi Ajax antara lain muncul Wesley Sneijder dan Nigel De Jong (eks pilar timnas Belanda). Sementara itu, Feyenoord mengorbitkan Robin Van Persie (topskor sepanjang masa timnas Belanda), dan Giorginio Wijnaldum (saat ini memperkuat Liverpool). Bahkan, Tim B" Ajax Amsterdam saat ini berkompetisi di Eerstedivisie, kompetisi kasta kedua Liga Belanda.

Tapi, karena tingginya tensi rivalitas antarsuporter, partai klasik ini selalu mendapat perhatian serius dari pihak berwajib. Selalu ada pengamanan ekstra, untuk mencegah risiko terjadinya bentrokan antarsuporter. Karena, di masa lalu, partai klasik ini kerap menghasilkan bentrokan antarsuporter.

Beruntung, pada Minggu, (27/1) lalu, partai "De Klasieker" antara tuan rumah Feyenoord Rotterdam Vs Ajax Amsterdam di Stadion De Kuip mampu menampilkan sajian berkualitas, layaknya sebuah partai klasik. Tapi ada sebuah paradoks yang muncul di partai ini. Paradoks itu adalah, meski sebenarnya partai ini berjalan cukup berimbang dari segi statistik, hasil akhir yang muncul sungguh timpang.

Dari segi penguasaan bola, Feyenoord memegang 49% penguasaan bola, berbanding 51% milik Ajax. Dari segi total tembakan, Feyenoord mampu membuat total 20 tembakan, berbanding 15 tembakan milik Ajax. Jika melihat statistik ini saja, kita semua akan menyebut laga ini berjalan sangat ketat. Sebenarnya memang begitu.

Tapi, efektivitas penyelesaian akhir Feyenoord nyatanya lebih baik dari Ajax. Karena, tim asuhan Giovanni "Gio" Van Bronckhorst ini mampu membuat enam gol ke gawang Ajax, sementara Ajax hanya mampu membuat dua gol. Gol-gol Feyenoord dicetak oleh Robin Van Persie (2 gol), Jens Toornstra, Steven Berghuis, Tony Vilhena, dan Yassin Ayoub. Sementara itu, gol-gol Ajax dicetak oleh Lasse Schone dan Hakim Ziyech.

Alhasil, partai klasik ini berakhir dengan skor telak 6-2 untuk kemenangan Feyenoord. Sebuah skor yang mirip dengan skor dalam satu set permainan tenis. Bagi Feyenoord, hasil ini menjadi kemenangan terbesar mereka atas Ajax sejak tahun 1956 (Feyenoord menang dengan skor 7-3), dan menjadi kemenangan pertama mereka di De Klasieker sejak 28 Oktober 2015. Sebuah penantian cukup panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun