Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola

Saat El Real Terjebak Nostalgia

15 November 2018   05:39 Diperbarui: 15 November 2018   06:12 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah sebelumnya sempat dikaitkan dengan nama pelatih beken macam Antonio Conte dan Mauricio Pochettino, akhirnya pada Selasa (13/11) lalu Real Madrid resmi mempermanenkan posisi Santiago Solari di kursi pelatih mereka. Di Real Madrid, pria Argentina ini dikontrak hingga tahun 2021. Langkah ini diambil El Real, menyusul catatan selalu menang mereka dalam 4 pertandingan terakhir bersama Solari.

Sekilas, langkah Real Madrid kali ini terlihat seperti sebuah langkah darurat. Karena, tak banyak pelatih yang berani menerima tawaran melatih klub sekelas El Real di pertengahan musim. Apalagi, Si Putih sempat limbung akibat mencatat performa jeblok bersama Julen Lopetegui, yang akhirnya dipecat, setelah mereka kalah 1-5 atas tuan rumah Barcelona, yang tak diperkuat Lionel Messi, dalam laga bertajuk El Clasico, Minggu, (28/10) silam.

Memang, dengan latar belakangnya sebagai eks pemain Real Madrid dan pelatih Real Madrid Castilla, pemahaman Solari soal klub tak perlu diragukan lagi. Tapi, berhubung Solari masih relatif hijau sebagai pelatih, keraguan atas kapabilitasnya pun muncul. Maklum, empat kemenangan  Solari bersama El Real diraih atas tim-tim gurem, yakni Melilla (Copa del Rey), Viktoria Plzen (Liga Champions Eropa), Real Valladolid dan Celta Vigo (La Liga).

Jadi, kita bisa melihat, Real Madrid memilih Solari sebagai pelatih, karena ia mampu menghadirkan stabilitas performa dan kondusivitas dalam waktu singkat. Selain itu, keberaniannya dalam memberi kesempatan bermain kepada pemain muda berbakat seperti Vinicius Borges (18) juga menjadi nilai plus tersendiri.

Karena, pada kasus Vinicius Borges, pemain asal Brasil ini langsung mampu menampilkan performa bagus, segera setelah dirinya rutin tampil di tim utama Real Madrid. Sebelumnya, eks pemain Flamengo ini lebih banyak dimainkan di tim Real Madrid Castilla arahan Solari, dan kurang dipercaya oleh Lopetegui.

Tapi, entah kenapa, penunjukan Solari sebagai pelatih tetap seolah menunjukkan, Real Madrid sedang terjebak nostalgia, seperti saat mereka menunjuk Zinedine Zidane sebagai pelatih Real Madrid awal tahun 2016 silam. Kebetulan, ada beberapa kemiripan, antara Zidane dan Solari, saat mereka pertama kali bertugas.

Pertama, Zidane dan Solari sama-sama mantan pemain Real Madrid di paruh pertama dekade 2000-an. Keduanya adalah rekan setim, saat meraih trofi Liga Champions musim 2001/2002 bersama El Real. Bedanya, Zizou adalah pemain inti, sementara Solari lebih sering berperan sebagai pemain pelapis. Selain itu, keduanya sama-sama melatih Real Madrid Castilla, sebelum akhirnya menjadi pelatih tim utama.

Kedua, Zidane dan Solari sama-sama memulai kiprahnya di kursi pelatih Real Madrid dalam situasi darurat setelah kalah di El Clasico. Zidane mulai bertugas menggantikan posisi Rafa Benitez, tak lama setelah El Real digasak El Barca dengan skor 4-0, sementara Solari mulai bertugas sebagai pengganti Julen Lopetegui, tak lama setelah El Barca menghajar El Real dengan skor 5-1.

Ketiga, baik Zidane maupun Solari sama-sama memulai kiprahnya sebagai pelatih Real Madrid dengan diiringi keraguan sejumlah pihak. Maklum, meski sukses saat menjadi pemain, mereka masih minim pengalaman melatih saat pertama kali bertugas. Bedanya, Zidane lalu mampu membuktikan kualitasnya, dengan meraih 3 trofi Liga Champions Eropa plus 1 gelar La Liga, sebelum undur diri akhir Mei 2018 silam.

Melihat situasinya, dengan strategi "terjebak nostalgia" yang mereka lakukan, agaknya Real Madrid berharap, Solari mampu meniru jejak Zizou. Kebetulan, dengan catatan suksesnya sebagai pemain dulu, Solari cukup dihormati para pemain El Real, seperti halnya Zidane. Inilah yang membuat Solari mampu menciptakan suasana kondusif di ruang ganti Los Blancos, segera setelah dirinya mulai bertugas.

Hanya saja, situasinya kini agak berbeda. Karena, Real Madrid tak lagi diperkuat Cristiano Ronaldo, tapi Solari bisa mencetak superstar baru, jika mampu mengoptimalkan potensi Vinicius Borges. Meski mungkin terlihat berlebihan, awalan bagus Solari sebagai pelatih Real Madrid terbukti mampu menyingkirkan awan mendung yang sempat menyelimuti tim ini. Jika mampu meningkat secara konsisten, bukan tak mungkin Solari akan menjadi kisah sukses Real Madrid berikutnya.

Akankah sejarah terulang?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun