Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Di Balik Kemalangan Tim Panser

17 Oktober 2018   06:37 Diperbarui: 17 Oktober 2018   06:42 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanpa kemenangan di empat laga internasional terakhir mereka. Itulah performa minor Timnas Jerman bersama Joachim Loew. Rinciannya, Manuel Neuer dkk meraih satu hasil imbang dan tiga kekalahan, termasuk kalah 1-2 dari Prancis, Rabu, (17/10, dinihari WIB) di ajang UEFA Nations League, setelah sebelumnya kalah 0-3 dari Belanda. Tentunya, ini bukan Jerman yang biasanya sangat konsisten meraih kemenangan dengan permainan menyerang. Apa yang sebenarnya terjadi?

Ternyata, jebloknya grafik performa Tim Panser belakangan ini, tak lepas dari ketidakberanian Joachim Loew untuk mencoret pemain senior yang sudah mulai "habis", seperti Thomas Muller, Mats Hummels, dan Jerome Boateng. Padahal, sebelumnya Loew cukup berani melakukan kebijakan semacam ini.

Memang, dalam sebuah tim, kehadiran sosok pemain senior akan memberi nilai tambah. Tapi, jika pemain itu terus dipertahankan, meski sudah tak sesuai dengan kebutuhan taktikal tim, ia hanya akan menjadi titik lemah buat tim secara keseluruhan.

Pada kasus timnas Jerman, trio pemain Bayern Muenchen ini sebenarnya sudah "habis" di level internasional. Meski punya banyak pengalaman, Muller, Boateng, dan Hummels justru menjadi titik lemah timnas Jerman di lini depan dan belakang. Muller tak lagi tajam seperti sebelumnya, sementara Hummels dan Boateng rawan ditembus lewat serangan balik cepat.

Secara taktis, keberadaan mereka tak lagi sesuai dengan sistem "counter pressing" ala Loew, yang banyak mengandalkan kecepatan transisi permainan (dari bertahan ke menyerang atau sebaliknya), dan efektivitas dalam penyelesaian akhir. 

Akibatnya, sistem permainan Jerman menjadi kacau. Padahal, timnas Jerman selama ini dikenal sebagai tim yang sangat terorganisir.

Dari segi sistem permainan, sebenarnya strategi "counter pressing" Loew tidak "out of date". Malah, "counter pressing" saat ini sedang menjadi tren taktik kekinian di sepak bola. Boleh dibilang, ini adalah wajah modern Tim Panser, yang sebelumnya dikenal gemar bermain defensif. Tapi, berhubung taktik ini sudah terlalu "mainstream", dengan seluk-beluknya sudah jadi rahasia umum, taktik modern ini jadi terlihat usang.

Alhasil, Loew kini dihadapkan pada dua pilihan, meremajakan tim atau mundur. Melihat situasinya, pilihan pertama adalah hal yang sangat mendesak untuk segera dilakukan. Karena, masalah ini terbukti sudah diekspos habis tim lawan. Dampaknya, mental "mesin diesel" yang selama ini mereka punya juga ikut rusak.

Secara psikologis, rentetan performa buruk Jerman belakangan ini juga membuktikan, mereka masih dihantui dengan kegagalan di Piala Dunia 2018 lalu. 

Seperti diketahui, di turnamen ini, Jerman yang berstatus tim juara bertahan harus angkat koper di fase grup. Ini menjadi catatan kelam untuk tim yang selama ini dikenal sebagai tim spesialis turnamen.

Mau tak mau, kini Loew harus segera membenahi tim, dan tidak bersikeras mempertahankan para pemain yang sudah "habis". Jika ternyata Loew tetap keras kepala, bisa dipastikan ini akan menjadi tanda akan berakhirnya sebuah era sukses di timnas Jerman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun