Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Awalan Muram "The Citizens" di Eropa

20 September 2018   18:15 Diperbarui: 20 September 2018   18:27 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi tuan rumah, lebih diunggulkan, dan mendominasi jalannya pertandingan. Itulah gambaran sederhana, dari penampilan Manchester City, saat menghadapi Olympique Lyon (Prancis), di matchday pertama Grup F, Kamis, (20/9, dinihari WIB). Memang, dalam laga ini, The Eastlands mendominasi jalannya laga. Tercatat, mereka memegang 70% ball possesion, membuat total 22 tembakan (berbanding 11 milik Lyon), dan mencatat 7 sepak pojok (berbanding 1 milik Lyon). Sebuah dominasi yang luar biasa.

Tentunya, ini adalah satu kebiasaan City di bawah arahan Pep Guardiola, yang memang menjadi ciri khas Pep sebagai pelatih. Seperti diketahui, Pep Guardiola adalah pelatih yang sangat perfeksionis, dan mendambakan keunggulan mutlak di berbagai aspek, termasuk penguasaan bola dan jumlah peluang. Maklum, Pep adalah murid Johan Cruyff sang master "Total Football". Tak heran, konsep "Total Football" menjadi ciri khasnya, dimanapun ia melatih.

Sayangnya, dalam sepak bola, mendominasi jalannya pertandingan bukan jaminan mutlak penentu kemenangan. Kadang, tim yang dipaksa bertahan total, justru mampu mencuri kemenangan. Karena, mereka mampu membuat peluang secara efektif, dan menghukum kelengahan lawan.

Situasi inilah yang dialami The Citizens saat menghadapi Lyon. Meski mendominasi jalannya pertandingan, mereka tumbang 2-1, setelah gol-gol Maxwell Cornet dan Nabil Fekir hanya mampu dibalas oleh Bernardo Silva. Di sini kembali terlihat, City kadang masih lemah dalam mengantisipasi skema serangan cepat tim lawan. Terbukti, kedua gol Lyon di laga ini tercipta lewat skema serangan cepat.

Meski tampak mengejutkan, kekalahan City ini sebenarnya justru bukanlah kejutan besar. Karena, dalam laga ini, David Silva dkk tak didampingi Pep, yang sedang menjalani skorsing dari UEFA, setelah di perempatfinal Liga Champions musim lalu (Vs Liverpool) mendapat kartu merah, akibat memprotes keras keputusan wasit.

Situasi ini, mau tak mau membuat City agak kurang percaya diri saat menghadapi Lyon. Meski didampingi Mikel Arteta (asisten pelatih City), keberadaan sosok Arteta terbukti belum cukup mampu mengisi kekosongan yang ditinggalkan Pep. Tanpa Pep, City seperti anak ayam tanpa induk.

Sebelumnya, kejadian serupa juga terjadi di Etihad Stadium, tepatnya di perempatfinal Liga Champions musim lalu (Vs Liverpool). Saat itu, City yang sedang unggul 1-0, harus kehilangan sosok Pep, karena ia mendapat kartu merah, akibat memprotes keras keputusan wasit, yang dinilainya merugikan City. Akibatnya, mental City lalu ambruk dan mereka harus tumbang dengan  skor 1-2. Di sini terlihat jelas, keberadaan sosok Pep Guardiola bisa jadi kekuatan, tapi sekaligus menjadi kelemahan serius buat City, saat eks pelatih Barcelona ini absen.

Meski mengecewakan, setidaknya kekalahan ini bisa menjadi alarm peringatan yang bagus buat City, untuk bisa segera move on dari mimpi indah musim lalu, saat mereka menjadi juara Piala Liga Inggris dan Liga Inggris dengan penuh gaya. Memang, kesuksesan mereka musim lalu adalah prestasi bagus. Tapi, di musim baru ini, semua kembali ke titik awal. Tentunya, mereka harus segera fokus, dan melupakan prestasi musim lalu, terutama jika mereka ingin kembali meraih sukses musim ini. Jika tidak, kekalahan ini hanya akan menjadi awal dari mimpi buruk mereka musim ini.

Bisa, City?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun