Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Awal Muram Era Baru Los Galaticos

16 Agustus 2018   21:41 Diperbarui: 17 Agustus 2018   04:06 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendominasi jalannya pertandingan, tapi kalah cukup telak. Itulah gambaran sederhana dari penampilan Real Madrid di Piala Super Eropa, Kamis, (16/8, dinihari WIB).

Menghadapi Atletico Madrid, sang rival satu kota, mereka tampak begitu dominan, dan mampu membuat sejumlah peluang bersih, dan mampu mencetak gol lewat aksi Sergio Ramos dan Karim Benzema.

Tapi, pertahanan solid Atletico terbukti sulit ditembus. Malah, Si Putih harus rela kebobolan 4 gol, lewat aksi Diego Costa (2 gol), Saul dan Koke. Alhasil, Real kalah dengan skor 4-2. Uniknya, semua gol ini berawal dari skema serangan cepat. Di sini terlihat jelas, Real Madrid ala Julen Lopetegui punya pendekatan sepak bola menyerang, tapi masih rapuh saat bertahan.

Di satu sisi, pendekatan Lopetegui sebenarnya selaras dengan konsep Real Madrid usai ditinggal Zidane dan CR7.

Lopetegui menjadi paket pembaruan wajah El Real, bersama pemain muda macam Vinicius Borges, Andriy Lunin, dan Alvaro Odriozola, plus kiper berkualitas dalam diri Thibaut Courtois. Ini adalah manuver El Real, untuk bisa segera move on dari Zidane dan Ronaldo, sekaligus guna menyambut era baru sambil meremajakan tim.

Tapi, tak bisa dipungkiri, kekalahan dari Atletico mengindikasikan, Real Madrid masih butuh waktu lebih, untuk bisa move on dari Zizou dan CR7. Hal ini setidaknya terlihat, dari kurang klinisnya lini depan Real Madrid, yang seperti kehilangan ketajamannya tanpa Ronaldo.

Tentunya, siapapun pengganti Ronaldo, ia akan mendapat beban mental dan harapan cukup berat: menjadi penerus yang (diharapkan) mampu melampaui kebintangan CR7.

Sederhananya, penerus Cristiano Ronaldo di Real Madrid tak hanya dituntut untuk mencetak banyak gol, tapi juga mampu menjadi pembeda, seperti halnya Ronaldo. Ini jelas bukan perkara mudah, karena, Ronaldo sudah memasang standar begitu tinggi selama berkiprah di Santiago Bernabeu.

Beban berat juga ditanggung Julen Lopetegui, karena ia menggantikan posisi Zidane, yang bergelimang trofi, termasuk hat-trick juara Liga Champions Eropa.

Dengan standar tinggi yang ditinggalkan Zidane, mau tak mau Lopetegui akan mendapat tantangan berat dari Madridista dan manajemen klub (terutama presiden klub Florentino Perez), untuk segera meraih trofi mayor. Jika gagal, kiprah Lopetegui di El Real akan berakhir seperti awal kedatangannya: penuh kontroversi.

Seperti diketahui, segera setelah bergabung dengan Real Madrid,  Lopetegui dipecat RFEF (PSSI-nya Spanyol), akibat bernegosiasi secara diam-diam dengan Real Madrid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun