Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Messi Sayang, Messi Malang

22 Juni 2018   04:07 Diperbarui: 22 Juni 2018   04:29 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: sounderatheart.com

Jika bicara soal Lionel Messi, kebanyakan orang akan langsung menyebutnya sebagai "alien", "yang terbaik", atau "pemain spesial". Jika konteksnya adalah performa bersama klub, mungkin Messi adalah salah satu yang terbaik di generasinya. Karena, selain mampu mencetak banyak gol, ia sudah meraih semua trofi yang bisa diraih bersama Barcelona sejak debut tahun 2005.

Tapi, jika konteksnya adalah performa bersama timnas Argentina, Messi adalah pemain kesayangan yang ironisnya bernasib malang. Karena, meski sudah mencetak 64 gol, Messi tampak begitu menderita saat berseragam Tim Tango.

Karena, kebanyakan orang akan langsung membebaninya dengan harapan superberat tiap kali tampil bersama timnas. Selain itu, performa hebatnya di klub selalu ditekankan semua pihak, untuk dapat ditiru juga di timnas. Padahal, Barcelona dan timnas Argentina adalah dua alam berbeda.

Di Barca, Messi sangat terlayani dengan baik. Sistem permainan tim ada untuk mengakomodasi kemampuannya. Messi adalah raja sekaligus manusia setengah dewa di Barca, yang keabsahan statusnya tak terbantahkan oleh Barcelonistas.

Tapi, di timnas, Messi adalah pelayan. Ia harus membuat sistemnya sendiri, dan tetap dituntut menampilkan performa istimewa seperti di Barca. Jadi, Messi punya pekerjaan lebih berat di Tim Tango. Beban itu semakin berat, karena ia tidak dianggap sebagai Lionel Messi, tapi sebagai titisan Diego Maradona, sang "santo" sekaligus dewa sepak bola di Argentina.

Mungkin para fans Messi akan beralibi, Messi sudah berhasil mengantar Tim Tango ke final Piala Dunia 2014, Copa America 2015, dan Copa America Centenario 2016. Tapi, capaian seperti itu adalah kegagalan yang menyakitkan, untuk standar sepak bola Argentina, yang begitu memuja kemenangan.

Jangan lupa, performa Messi bersama Tim Tango di turnamen mayor juga melempem. Meski sempat mendapat Bola Emas Piala Dunia 2014, kebanyakan gol Messi lahir di partai kualifikasi Piala Dunia, atau uji coba. Jadi, Messi tak sehebat yang selama ini diberitakan, terutama jika konteksnya adalah turnamen mayor antarnegara.

Terkini, performa memble Messi itu tampak jelas, saat La Albiceleste dipermak Kroasia 0-3, Jumat (22/6, dinihari WIB). Dalam laga ini, Messi benar-benar tak berkutik. Penjagaan ketat pemain Kroasia membuatnya bagai makhluk astral; antara ada dan tiada. Tak adanya bantuan memadai untuk Messi, membuat daya serang Argentina melempem. Ironisnya, performa minor ini juga merembet ke lini belakang yang justru tampil ceroboh.

Praktis, Argentina kini hanya tinggal berharap ada mujizat luar biasa, untuk bisa lolos ke babak 16 besar Piala Dunia 2018 menemani Kroasia. Jika mujizat itu terjadi, maka, itu akan menjadi kesempatan kedua untuk Messi dkk. 

Tapi, jika ternyata mujizat itu urung terjadi, ini akan menjadi akhir tragis Tim Tango generasi Messi, yang akan lebih layak disebut sebagai "Generasi Spesialis Patah Hati", karena mereka tak pernah berhasil meraih trofi, hanya sebatas nyaris juara.

Pada saat bersamaan, tragedi yang dialami Messi di timnas membuktikan, sehebat apapun kualitas seorang pemain, mereka tak akan pernah bisa mengeluarkan kemampuan terbaik, jika menanggung beban terlalu berat. Tragis memang, tapi inilah sepak bola.

Jangan Nonton Bola Tanpa Kacang Garuda

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun