Bicara soal tanggal 14 Februari alias hari Valentine, banyak yang bilang, ini adalah hari spesial, bagi mereka yang sudah berpasangan, atau sedang berjuang mendapatkan cinta sang pujaan hati. Karena, disinilah mereka akan dapat mengungkapkan rasa cinta atau sayang mereka secara terbuka.
Bagi mereka yang sudah berpasangan, hari Valentine adalah satu momen yang sangat menyenangkan. Tapi, bagi mereka yang di hari Valentine sedang berjuang 'mencetak gol' ke hati si dia, ini tak ubahnya tendangan penalti penentuan nasib, dengan tekanan luar biasa berat. Saking beratnya, situasi jadi serba terbalik; si 'penembak' yang biasanya seagresif Diego Costa, selincah Lionel Messi, atau sedingin Robert Lewandowski, mendadak kikuk seperti bocah yang baru belajar bermain bola pertama kali. Sialnya, di hari Valentine, si dia, entah bagaimana caranya, mendadak berubah menjadi kiper setangguh Marc Andre Ter Stegen, Gianluigi Buffon, atau David De Gea.
Jika akhirnya 'tembakan ke hati' itu bisa membobol hati si dia, boleh jadi  hati si penembak akan luar biasa gembira. Saking gembiranya, boleh jadi selebrasi tarian 'wacky dip' (mirip tari Jaipong di Indonesia) ala Daniel Sturridge, atau salto akrobatik ala Michy Batshuayi, akan dilakukan di depan umum tanpa malu-malu. Tapi, jika ternyata 'tembakan ke hati' itu mampu diblok si dia, bisa dipastikan, hati akan terasa sangat pilu, seperti sedang mengalami  Maracanazo (Tragedi Maracana, final Piala Dunia 1950, antara Brasil Vs Uruguay) atau Mineirazo (Tragedi Mineiro, semifinal Piala Dunia 2014, antara Brasil Vs Jerman). Praktis, hanya para jomblo saja yang akan berharap hari yang bagai mimpi buruk ini cepat selesai, kalau perlu tak pernah ada lagi.
Menariknya, babak 16 besar Liga Champions Eropa seolah menjadi kado Valentine rutin tiap tahun dari UEFA, yang mampu menyatukan semuanya, baik yang sudah berpasangan, belum sukses 'menembak' pujaan hati, maupun masih jomblo, dimanapun mereka berada. Di titik inilah, saya kembali melihat salah satu keindahan nilai universal sepak bola; menyatukan berbagai perbedaan dalam satu tontonan, dalam balutan rasa cinta kepada tim kesayangan.
Keindahan inilah, yang membuat Valentine selalu layak ditunggu. Berkat gelaran fase gugur Liga Champions Eropa, kita sekali lagi melihat; hari Valentine  bukan hanya soal rasa cinta kepada si dia, tapi bisa juga soal rasa cinta kepada yang lain, misalnya keluarga, tim kesayangan, atau yang lainnya. Karena, pada dasarnya, cinta punya makna yang begitu luas dan universal, tidak sempit dan picik.