Mohon tunggu...
Humaniora

Menulis yang Terlupakan

3 Maret 2019   00:07 Diperbarui: 3 Maret 2019   00:28 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sesuatu yang terlihat kadang terlupakan apalagi yang tidak terlihat pasti terlupakan. Demikian halnya menulis. Apa yang tertulis tetap ada dan terkatakan itu menguap. Untuk memberi sejarah bahwa sesuatu itu pernah ada untuk itu menulis. Namun, menulis seperti apa yang mengingatkan setiap orang bahwa hal itu sungguh ada dan pernah ada.

Menulis menjadi bergairah dan tulisan itu menjadi menarik tergantung penulis. Hal ini butuh kreasi untuk menghadirkan ciri atau keunikan setiap penulis. Ada yang menulis dari apa yang di lihat. Ada yang menulis dari yang tidak kelihatan. Ada yang menulis dari hal yang terlupakan.

Dengan menulis apa yang terlupakan, penulis menghadirkan sesuatu hal baru. Dengan kata lain menulis sesuatu  yang belum pernah ditulis orang.   Tulisan menghadirkan sesuatu hal yang tenggelam.

Menulis sesuatu yang tidak dilihat. Dengan demikian penulis menghadirkan suatu pengetahuan baru Hal-hal terlupakan kadang dianggap tak berarti. Namun, dapat menjadi karya dengan keunikan dari penulis.  Tulisan dengan menghadirkan hal-hal unik memiliki nilai plus tersendiri. Dan disini keunikan dari setiap penulis terbaca dari tulisan yang disajikan.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadi pergeseran budaya. Pergeseran budaya di berbagai aspek kehidupan bangsa. Dengan ditemukannya sesuatu yang baru, maka budaya lama berangsur ditinggalkan. Sebab dipandang usang, kurang up to date dan tidak efektif.

Kecenderungan ini menimpa tradisi menulis.  Menulis sebagai media untuk menyampaikan pesan, ide, dan pikiran kepada orang lain.
Orang mulai jarang menulis surat. Mereka tidak mengisi buku harian (diary), dan membuat rangkuman dan catatan. Orang jarang menulis untuk majalah dinding dan bersahabat pena. Orang jarang  menulis karya ilmiah dan segala sesuatu yang berhubungan dengan menulis.

Mereka lebih senang menggantikan peran menulis dalam berkomunikasi dan berbagi informasi.  Sebagai contoh televisi, Video CD, internet, Hand Phone (HP) dan media mutakhir lainnya yang semakin diminati dibanding menulis dan membaca. Hampir semua orang dari berbagai kalangan usia. Mereka semua mengkonsumsi layanan yang disuguhkan media tersebut bahkan tanpa batas.

Di samping tersedianya kemudahan akses yang ditawarkan oleh media-media di atas, masyarakat zaman sekarang terbiasa dengan budaya instant, ingin cepat, murah, mudah dan hasilnya wah. Hal ini menyebabkan masyarakat kurang kreatif dan produktif. Sifat ini tanpa disadari mampu mematikan potensi yang ada pada diri.

Potensi menulis dan membaca seharusnya dikembangkan. Ketarampilan menulis adalah salah satunya. Kita kadang lupa. Kecanggihan media informasi dan komunikasi saat ini, justru semakin memudahkan orang untuk banyak menulis. Referensi untuk menulis tersedia tanpa batas.

Menulis sebenarnya bukan hal yang patut dilupakan. Menulis merupakan kemampuan yang dimiliki manusia. Dengan kemampuan yang dimilikinya, mereka dapat menciptakan karya bermanfaat. Menulis adalah awal dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini. Namun, fenomena yang berkembang saat ini, para pelajar, guru, dan sejumlah besar masyarakat kita masih jauh dari tradisi menulis.

Guru dan pelajar misalnya, selalu berkecimpung dalam dunia pendidikan yang begitu dekat dengan buku dan bahan bacaan. Mereka ternyata jarang meluangkan waktunya untuk menulis. Buktinya, keberadaan majalah dinding dan majalah sekolah kadang hanya diisi oleh segelintir pelajar saja. Sementara yang lainnya juga tidak punya kemauan untuk membaca.

Begitupun halnya dengan guru kita saat ini, tidak banyak yang melahirkan karya tulis ilmiah, padahal keterampilan menulis mampu mendukung perjalanan profesionalisme seorang pendidik. Kadang terdengar lucu ketika seorang guru menyuruh anak didiknya menulis cerita pendek atau puisi dan artikel tetapi dirinya sendiri tidak mampu melakukannya. sebahagian orang menganggap bahwa para penulis adalah orang-orang yang berbakat di bidangnya.

Keterampilan menulis sebenarnya sesuatu hal yang dapat dipelajari. Aktivitas menulis tidak ada hubungannya dengan bakat, yang ada adalah potensi. Kita mengasah potensi dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan kita untuk mahir menulis.

Kemauan untuk belajar dan mencoba menjadikannya terbiasa. Sebenarnya menulis mempunyai berbagai manfaat. Hal yang tampak jelas adalah, seorang yang gemar menulis tentu saja juga gemar membaca. Mereka memiliki wawasan yang lebih luas, ide yang variatif dan memiliki solusi yang lebih banyak dalam hidupnya. Hebatnya, menulis ternyata mampu menggugah dan memengaruhi orang lain. Menulis juga berguna untuk menyampaikan saran dan kritikan  kepada siapa saja. 

Begitu banyak hal yang dapat ditulis. Mereka yang memiliki kemampuan menulis menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan berbahasa yang baik. Sebab menulis merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang sangat penting dalam kehidupan.

Bagi seorang penulis baik itu penulis buku, penulis berita atau penulis artikel, bukan menjadi perkara yang rumit bagi mereka. Namun, bagi mereka yang awam dalam dunia tulis-menulis, menulis adalah kegiatan membosankan. Mereka bingung bagaimana cara mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran mereka menjadi kalimat yang mudah dibaca dan mudah dipahami.  Padahal dibandingkan dengan membaca, melihat ataupun mendengar, menulis memiliki kelebihan tersendiri, yaitu dapat mengungkapkan apa saja yang tidak mampu diucapkan menuangkan segala pikiran, dapat diabadikan karena dapat dibaca berulang-ulang.

Untuk menciptakan keingintahuan pembaca, seorang penulis harus mampu menghadirkan sesuatu yang baru. Dan yang diinginkan adalah apa yang disajikan dalam tulisan tersebut sungguh sesuatu yang langkah. Lebih menarik jika yang dibaca merupakan sesuatu yang belum  diketahui. Dengan demikian keingintahuan dari pembaca untuk mendalami tulisan dari penulis.

Untuk dapat menghadirkan tulisan seperti itu butuh strategi dari seorang penulis yakni, menulis yang terlupakan atau menulis yang belum pernah di tulis. Sebab apa yang terlupakan, tidak terekam oleh penulis. Sseseorang  mampu merekam dan menulis tentu ada yang terlupakan. Yang terlupakan ini yang perlu diangkat ke permukaan agar tidak tenggelam oleh perubahan zaman ini.

Di zaman ini semua orang dapat menjadi penulis, baik penulis buku, jurnalis, artikel, tidak ada yang melarang. Hal ini didukung dengan banyaknya referensi yang dapat menjadi sumber rujukan. Saat ini yang menjadi tolok ukur  kelayakan suatu tulisan adalah atau bobot tulisan, tulisan menghadirkan pengetahuan baru, dan juga ciri khas atau keunikan suatu tulisan.

Keunikan tulisan ini dapat terbaca melalui penggunaan bahasa yang dipakai penulis selain itu juga dapat terlihat dari sajian materi atau tema yang disajikan. Misalkan, Pengalaman hidup seorang guru yang mengajar di daerah terpencil yang berjalan kaki sekian kilometer untuk sampai di sekolah yang diajarnya. Melewati jalan-jalan setapak dan jembatan tua di atas aliran sungai.

Memandang para pelajar yang datang tanpa sepatu, tanpa seragam sekolah dan tampil apa adanya, dengan fasilitas belajar kurang memadai. Bergaul dengan masyarakat pedesaan yang minim pendidikan adalah hal yang menarik jika dituliskan. Tulisannya bisa menjadi perbandingan bagi guru-guru yang mengajar di daerah perkotaan dengan fasilitas lengkap dan hebat.

 
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun