Mohon tunggu...
yosephine purwandani
yosephine purwandani Mohon Tunggu... Freelancer - karyawan swasta

Ibu dengan 3 anak Hobi : mendengarkan musik, koleksi perangko

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sebentuk Cinta Mbah Wanti

29 Juni 2021   13:02 Diperbarui: 29 Juni 2021   13:30 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari ini tanggal favoritku, tanggal 28, ya....suka tanggal itu.

Tanggal ulang tahunku, tapi entah kenapa fanatik sekali aku dengan tanggal itu. Sugesti positif, energi positif datanglah.....

Pukul 15.45 sebuah pesan WA singkat membuatku berhenti melanjutkan pekerjaan sore ini.

Mbah Wanti berpulang,

Tidak setiap kali juga kami bertemu, apalagi sejak beliau sakit stroke dan kondisi pandemi sehingga tak lagi bisa leluasa kami bertemu.

Yang selalu kuingat adalah, bagaimana beliau menjadi perhatian padaku, secara garis keluarga aku bukanlah cucu beliau secara langsung. Suami beliau adalah adik kakekku. Kakekku putra mbah buyutku nomor satu, suami mbah Wanti adalah putra nomor dua.

Saat masih sehat beliau tak lupa menyempatkan ngobrol, ah mungkin aku terlalu "GR" tapi aku merasa demikian.

Sat beliau berpulang, yang terlintas adalah kenangan saat anak keduaku lahir, beliau menyempatkan datang kerumah kami, ke gubug kami beserta anak dan cucunya. Beliau sempatkanwaktu sekalian jalan ke Yogyakarta piknik, ucap beliau saat itu. Namun yang kutahu, tak sedikit saudara kami juga pergi piknik ke kota Gudeg, namun tidak semua menyempatkan, dan ketika itu dilakukan rasa haru memanaskan seluruh hatiku, rasanya menjadi hangat sekali. Maturnuwun ya Mbah, Menik belum bisa membalas semua kasih sayangmu mbah. Matursembah nuwun (bahasa jawa yang diartikan Terimakasih dalam bahasa indonesia), hanya itu yang terucap.

Tidak juga kuhantarkan ragamu ke peristirahatan terakhir, hanya doa dari kota yang kuanggap jauh.

Sedikit cerita ini menyentuhku, membuat panas yang dulu kurasakan menjalari seluruh hati ini, menghangatkan hatiku, membuatku meneteskan air mata haru dan takjub. Bahwa selama sakit, saat makan siang adalah waktu yang tetap simbah uti dan simbah kakung jadikan sebagai momen istimewa, makan siang bersama, sesibuk apapun, akan kembali kerumah jam 11.00 siang, makan siang bersama. Mbah, terimakasih ilmunya, dari ceritamu aku menjadi tau bahwa cinta itu ada sampai akhir.

Cerita yang menjelaskan dengan nyata sebentuk cinta darimu untuknya.

Selamat jalan simbah Wanti, entah kapan kami bisa sekedar melihat peristirahatanmu, mohon maaf ya Mbah.

Tak henti rasanya sesalku menyesakkan hati ini.

Orang baik, semoga jalan baik. Dan Jagai separuh cintanya yang lain ya Tuhan. jagai Mbah Yo...........

Amin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun