Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Festival Apem Yaa Qowiyyu, Sejarah Panjang Kolaborasi Agama dan Budaya Lokal

3 November 2017   20:24 Diperbarui: 4 November 2017   11:56 6089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunungan Apem Yaa Qowiyyu | foto dok. pribadi

Kamis (2/11/2017), cuaca Klaten cerah bersinar, sesuai dengan harapan masyarakat Desa Jatinom khususnya. Sebab, hari ini adalah hari pertama Festival Yaa Qowiyyu. Festifal Yaa Qowiyyu merupakan ritual penyebaran kue Apem yang  diselenggarakan setiap tahun, yang dahulu dipelopori oleh penyebar agama Islam di wilayah Jatinom Klaten yaitu Ki Ageng Gribig.

Sejarah Panjang Yaa Qowiyyu

Ki Ageng Gribig atau kerap disapa Sunan Gribig adalah keturunan Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit, yang diyakini merupakan Putra dari Prabu Wasi Jolodoro. Menurut catatan dari berbagai sumber, Beliau memang senang berkelana ke tempat-tempat jauh untuk menimba ilmu dan menyebar agama Islam, salah satunya adalah desa Jatinom Klaten.

Festival Yaa Qowiyyu berawal saat Ki Ageng Gribig pulang dari menunaikan ibadah Haji dari Tanah Suci Mekkah dengan membawa oleh-oleh kue untuk dibagikan kepada murid-muridnya di Jatinom. Namun, karena jumlah muridnya sangat banyak, kue yang Beliau bawa tidak mencukupi. Akhirnya, Beliau membuat kue dari bahan tepung beras, yang kemudian disebut dengan kue Apem. Kabarnya, nama "Apem" itu berasal dari bahasa Arab yaitu "Affan" yang berarti ampunan.

Sebelum membagikan Kue tersebut, Ki Ageng membacakan doa "yaa qowiyyu, yaa aziz, qowwina wal muslimiin, yaa qowiyyu warzuqna wal muslimiin",yang intinya merupakan doa memohon kekuatan untuk kaum muslimin. Dari doa itulah, nama Festival Apem diambil, yaitu Yaa Qowiyyu.

Acara inti Yaa Qowiyyuselalu dipusatkan di Masjid Besar Jatinom Klaten, yang berada satu komplek dengan makam Ki Ageng Gribig. Namun, berbagai sumber juga meyakini bahwa makam Ki Ageng Gribig juga berada di Malang. Beberapa sumber lain mengatakan bukti-bukti kuat yang meyakini bahwa makam Ki Ageng Gribig berada di Jatinom Klaten ini. Tapi  Entahlah, sejarah biasanya multi versi.

Peninggalan Ki Ageng Gribig | Foto dok. pribadi
Peninggalan Ki Ageng Gribig | Foto dok. pribadi
Agama dan Budaya Membaur Dalam Yaa Qowiyyu

Festival Yaa Qowiyyu juga dikenal dengan nama Saparan, karena festival tahunan ini selalu dilaksanakan pada bulan Sapar, bulan kedua penanggalan Jawa. Meskipun penyelenggaraanya di desa Jatinom, namun pelaksanaannya dikelola oleh pemerintah daerah, sebab Yaa Qowiyyu merupakan sejarah besar bagi umat Islam di Klaten, yang harus selalu dilestarikan.

Di banyak daerah, khususnya pulau Jawa, penyebaran agama Islam memang kerap melalui sisi seni dan budaya lokal. Yang kemudian menjadi sebuah tradisi yang diperingati setiap tahunnya, seperti Yaa Qowiyyu ini.

Tak jarang ditemui perdebatan antara Agama dan Budaya lokal, yang sebenarnya tak perlu. Sebab, semuanya kembali pada kepercayaan masing-masing. Pada event Yaa Qowiyyu ini, Agama dan budaya lokal tampak harmonis. Ketika adat lokal Jawa (mulai dari pakaian, seni pertunjukan hingga makanan) berkolaborasi memeriahkan prosesi simbolis memohon ampunan dan kekuatan dari Alloh SWT melalui Festival Yaa Qowiyyu. Sungguh kolaborasi yang sangat indah dipandang.

Yaa Qowiyyu Wujud Gotong Royong Masyarakat Jatinom dan Sekitarnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun