Mohon tunggu...
Yoselina Teresia Sih Novita
Yoselina Teresia Sih Novita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Yoselina Teresia Sih Novita, saya berasal dari Tuban Jawa Timur. Saya memiliki hobi berenang, bernyanyi, traveling, dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Artikel Pahlawan Pattimura

14 November 2024   16:07 Diperbarui: 14 November 2024   16:24 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

       

                                                                                                       Artikel Pahlawan Pattimura

                  Thomas Matulessy, yang lebih dikenal sebagai Kapitan Pattimura, adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Maluku. "Kapitan" adalah gelar pangkat militer yang diberikan oleh Belanda untuk menyebut seorang pemimpin setingkat perwira. Pattimura lahir pada 8 Juni 1783 di Haria, Saparua, Maluku, saat masih di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Ayahnya, Antoni Matulessy, adalah putra dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy.

                Kapitan Pattimura adalah seorang pahlawan yang berasal dari garis keturunan bangsawan di Nusa Ina atau Seram. Ia lahir dari keluarga bangsawan Kerajaan Sahulau, yang terletak di wilayah Teluk Seram Selatan. Kapitan Pattimura juga memiliki seorang adik laki-laki bernama Yohanis. Kapitan Pattimura adalah seorang pahlawan Indonesia yang berjuang di Maluku melawan VOC Belanda. Sebelum perlawanan ini, Pattimura pernah berkarier di militer sebagai mantan sersan dalam angkatan bersenjata Inggris. Perjuangan dan pengorbanan Pattimura memberikan dampak besar bagi kemerdekaan Indonesia yang masih kita nikmati hingga sekarang. Meski telah berlalu ratusan tahun, nama Pattimura tetap dikenal dan dihormati oleh rakyat Indonesia hingga masa kini.

              Perang Pattimura Pada tahun 1817, masyarakat Pattimura dan  Maluku mengangkat senjata  melawan penjajah Belanda. Perang ini dikenal dengan nama Perang Pattimura. Pattimura bersama tokoh lain seperti Christina Martha Tiahahu berhasil mengerahkan kekuatan masyarakat Maluku untuk berjuang bersama. Salah satu kemenangan penting Pattimura adalah keberhasilan perebutan Benteng Durstede di Pulau Saparua pada bulan Mei 1817. Benteng ini merupakan simbol kekuasaan Belanda di wilayah tersebut dan keberhasilan Pattimura merebut benteng ini memberikan pukulan telak bagi penjajah Belanda. Namun meski menang, perlawanan Patimula berakhir karena Belanda mengerahkan kekuatan besar untuk menekan gerakan tersebut. Pada tanggal 16 Desember 1817, Patimula akhirnya ditangkap dan dieksekusi Belanda di Ambon. Bahkan setelah kepergiannya, semangat dan perjuangannya tetap hidup di hati masyarakat Maluku dan masyarakat Indonesia. Kapitan Pattimura dianugerahi gelar kehormatan sebagai pahlawan pada 6 November 1973. Gelar pahlawan merupakan penghargaan tertinggi di Indonesia, yang diberikan kepada mereka yang telah melakukan tindakan nyata dalam melindungi bangsa atau berkontribusi besar bagi rakyat Indonesia. Gelar ini bertujuan untuk memastikan bahwa perjuangan dan jasa-jasa pahlawan akan selalu dikenang dan menjadi teladan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

              Kapitan Pattimura ditangkap oleh Belanda di Siri Sori setelah Benteng Duurstede berhasil direbut kembali. Ia, bersama beberapa pasukannya, dibawa ke Ambon. Belanda berulang kali berusaha membujuk Kapitan Pattimura agar mau bekerja sama, namun ia selalu menolak dengan tegas. Akhirnya, Kapitan Pattimura diadili di Pengadilan Kolonial Belanda dan dijatuhi hukuman gantung. Sehari sebelum eksekusi, ia kembali dibujuk, tetapi tetap menolak. Pada 16 Desember 1817, Kapitan Pattimura dieksekusi di depan Benteng Victoria, Ambon, dan gugur sebagai Pahlawan Nasional. Salah satu seruannya yang terkenal kepada rakyat Maluku adalah, "Bangsa yang bermartabat tidak akan menjual kehormatan diri, keluarga, dan negara, apapun yang terjadi." Kapitan Pattimura meninggal pada usia 34 tahun, tepatnya pada 16 Desember 1817. Meskipun telah wafat puluhan tahun yang lalu, nama dan perjuangannya tetap dikenang hingga kini. Nama Kapitan Pattimura pun diabadikan di berbagai tempat. 

           Warisan dan Pengaruh Patimura Patimura dianggap sebagai pahlawan nasional Indonesia dan namanya diabadikan di berbagai tempat seperti bandara, jalan raya, dan universitas di Maluku. Hari Pattimura diperingati setiap tanggal 15 Mei, hari dimulainya perlawanan  Maluku yang dipimpinnya. Keberanian Pattimura dianggap tidak hanya  sebagai simbol perlawanan terhadap kolonialisme, namun juga menjadi inspirasi bagi generasi mendatang untuk membela hak dan keadilan. Pattimura adalah contoh nyata  semangat juang dan keberanian melawan penindasan. Ia menjadi contoh perjuangan masyarakat melawan segala bentuk ketidakadilan dan penindasan, tidak hanya di Maluku tetapi  di seluruh Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun