Dewasa ini banyak gereja yang megah, besar, mempunyai ribuan jemaat, tetapi tidak memiliki sistem administrasi dan manajemen yang baik. Akibatnya gereja itu tidak tertata, dan tidak bisa memaksimalkan fungsi gereja itu sebagaimana mestinya. Gereja merupakan lembaga yang tidak mencari keuntungan materi (nonprofit) yang di dalamnya terdapat kegiatan manejemen dan administrasi yang meliputi sumber daya manusia (SDM), program pelayanan, program kerja dan kondisi keuangan yang sangat dinamis dan selalu terus mengalami perubahan (seperti perubahan data jemaat, data keuangan dan pelayanan) untuk itu maka gereja memerlukan pengelolaan.
Tanpa manajemen yang baik dan transparan, sebuah gereja akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan fungsi-fungsinya. Dan tanpa manajemen yang baik sebuah gereja hanya bergantung pada kemampuan dan karisma sang pemimpin. Ketika jumlah jemaat berkembang pesat, akan muncul berbagai permasalahan baru di dalamnya yang tidak akan sanggup ditangani oleh hanya pemimpinnya. Di sinilah fungsi manajemen dapat membantu dengan membuat sebuah sistem yang mampu menangani kompleksitas pelayanan.
Firman Allah yang tertulis dalam Alkitab yang melandasi aspek-aspek dalam manajemen, seperti perencanaan, kepemimpinan, pengorganisasian, penanganan konflik dll, dinyatakan dengan jelas bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan hikmat yang sempurna. Hal ini menunjukkan di dalamnya berlangsung manajemen Allah yang sempurna. Manajemen diperlukan dalam pekerjaan rohani sebab Tuhan menghendaki dan memerintahkan manusia mengerjakannya demi kepentingan manusia itu sendiri.
Setiap gereja baik kecil maupun besar harus mempunya sistem administrasi dan manajemen yang jelas, karena kalau gereja mempunyai sistem yang baku dan tersusun sesuai fungsi gereja sebagai tubuh Kristus akan berjalan dengan baik sesuai dengan arah kehendak Tuhan. Itulah sebabnya, gereja harus mempunyai pemahaman yang benar tentang pengertian administrasi dan manajemen.Â
Kebanyakan para pelayan di gereja mempunyai pemahaman manajemen yang kurang memadai, dan pembinaan para pelayan lebih fokus pada pelayanan untuk melakukan fungsi-fungsi pastoral. Selanjutnya, sedikit gereja yang dapat mengumpulkan sekelompok warga jemaat yang berpendidikan atau memiliki keterampilan menajemen.Â
Dengan demikian, perencanaan, penetapan tujuan (sasaran), dan fungsi manajemen lainnya sebagaian besar justru diabaikan. Gereja merupakan sebuah organisasi sekaligus sebuah sistem yang menjalankan fungsinya secara dinamis, karena gereja merupakan suatu kehidupan bersama yang mempengaruhi lingkungannya dan sekaligus dipengaruhi oleh lingkungannya. Gereja sebagai sebuah sistem tentulah kinerjanya perlu diolah dan dimanejemenkan sebagaimana mestinya agar, visi, misi, tujuan dan sasarannya dapat tercapai.
  Penggunaan ilmu manajemen bagi gereja, ada sikap berbeda yang diambil oleh para pemimpin gereja antara lain:
(1) Manajemen dan pelayanan gerejawi adalah dua fungsi yang berbeda (terpisah) satu dengan lainnya. Gereja adalah organisme yang tidak dapat dilayani dengan menggunakan teknik-teknik manajemen sekuler.
(2) Manajemen adalah salah satu aspek pelayanan, dalam pengertian bahwa manajemen bersifat sekunder dibandingkan dengan bidang-bidang pelayanan yang lain, seperti persekutuan, diakonia, pembinaan jemaat. Berarti manajemen adalah sekadar "administrasi minimal" untuk mendukung kelancaran pelayanan.
(3) Manajemen adalah sarana pelayanan, sehingga fungsi dan tekniknya dapat dimanfaatkan demi efisiensi pelayanan. Tidak ada perbedaan esensial antara fungsi dan teknik manajemen yang dipakai di dalam dan luar gereja. Yang berbeda adalah pribadi yang melakukannya dan tujuannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H