Perseturuan antara Penganut BAB Jongkok dan Duduk

Bayangkan saja bagi mereka yang membutuhkan waktu lama untuk membuang hajat, tentu nyeri pada tumit dan paha akan mulai terasa dan sangat mengganggu proses pembuangan hajat.  

Kedua, kemudahan buang hajat dengan posisi duduk ialah pada persoalan membuka celana tidak perlu sampai melepasnya untuk mendapatkan kenyamanan. 

Hal tersebut tidak dapat dialami oleh orang yang BAB dengan cara jongkok, karena merepotkan dan lebih baik melepas celana supaya diameter antar kaki lebih leluasa tanpa ada sekat. 

Ketiga, keberadaban selalu diagungkan bagi mereka para penganut posisi duduk. Mereka mengatakan bahwa posisi membuang hajat dengan cara duduk merupakan hal yang jauh lebih beradab dan moderen, karena sudah lebih dahulu dipakai oleh orang-orang Eropa. 

Fenomena ini terbukti pada penemuan pertama kali oleh para arkeolog yang mengatakan bahwa Mesapotamia Kuno diperkirakan menjadi tempat pertama kali adanya kloset duduk.

Argumen keempat, yaitu mereka meyakini bahwa posisi BAB duduk lebih bersahabat untuk semua kalangan. Bagi para orang tua yang sudah lansia atau penyandang difabilitas, tentu kloset duduk sangat membantu. 

Faktor umur yang mana tulang serta otot sudah tidak kuat menahan jongkok selama kurang lebih 5 menit, disarankan menggunakan kloset duduk.

Perseteruan yang cukup tegang dari masing-masing penganut posisi membuang hajat membawa kepada titik medis tentang mana yang lebih sehat. 

Para ahli telah mengkaji mengenai posisi yang sehat dalam membuang hajat. Setelah diteliti dan dikaji oleh para ahli, akhirnya ditemukan jawabannya yaitu, posisi yang sehat ketika BAB ialah jongkok.

Posisi jongkok diyakini sangat ideal untuk BAB karena ruang pembuangan tinja bekerja lebih optimal dan otot di anus serta usus merasa lebih rileks. 

Posisi jongkok juga membantu melancarkan proses pembuangan BAB. Posisi jongkok memang lebih efektif dan efisien pada akhirnya, sebab usus manusia memang tidak dirancang untuk membuka sepenuhnya ketika sedang dalam posisi duduk.