Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ingin Sukses Melalui Studi Lebih Baik Merantau!

27 Juni 2022   20:38 Diperbarui: 27 Juni 2022   20:42 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: merantau demi sekolah (sumber: suara.com)

Kepada ketiga kelompok ini, Uskup Anton bersama tim-nya memandu dan mendampingi mereka dalam sebuah kegiatan yang bernama Khalwat Tiga Ber. Tujuannya agar mereka mampu menemukan diri di tengah masyarakat yang sedang tertekan oleh berbagai keputusan adat dan budaya yang membelenggu. 

Pada akhir khalwat para peserta mengambil keputusan dan membuat kesepakatan yang berhubungan dengan tema yang tadi mereka diskusikan bersama. Salah satu hal yang selalu diangkat untuk menjadi bahan diskusi bersama adalah tentang pendidikan.

Disadari bahwa pendidikan adalah jalan menuju berbagai kemajuan. Tanpa pendidikan, orang tetap di tempat. Tidak akan maju. Karena itu tim  tiga ber berusaha mendampingi para peserta untuk menemukan diri dan menyadari bahwa semua ketidakmajuan kita disebabkan oleh kebodohan. Untuk itu orang perlu sekolah.

Persoalan kedua:

Pengalaman membuktikan bahwa kalau orang ingin sukses atau ingin sekolah, memang harus "merantau".

Mengapa mesti merantau? Dari dulu orang yang sukses adalah orang yang merantau. Merantau tidak selamanya harus pergi jauh, langgar laut, naik pesawat atau numpang kapal laut. Tips merantau:

Merantau pertama-tama artinya meninggalkan rumah. Dulu kalau mau sekolah harus pergi ke kota, paling kurang di kota kecamatan. Karena di desa tidak ada sekolah setingkat SMP dan SMA/SMK. Karena itu kalau mau sekolah berarti harus tinggalkan orang tua. Di kota harus menumpang pada keluarga lain, atau tinggal di asrama. Dulu di Timor belum ada kos-kos-an.

Sebagai contoh, ketika kami tamat Sekolah Dasar di desa tahun 1984. Untuk masuk SMP kami "merantau" ke kota kecamatan. Di sana kami tinggal di asrama yang diasuh oleh para Pastor misionaris dari Belanda. 

Setelah tamat SMP di kota kecamatan, kami merantau lagi ke kota Kabupaten untuk masuk SMA. Di sana kami menumpang dengan keluarga yang sudah tinggal di kota kabupaten atau tinggal di asrama. Ada suka dukanya tersendiri.

Tapi menariknya bahwa kalau tiap kali libur pada akhir semester, kami selalu dihargai sebagai para pelajar yang baru datang dari kota kabupaten. 

Ketika sudah tamat SMA, tiba gilirannya untuk kuliah, kami "merantau" lagi ke kota Propinsi atau bisa langgar laut, entah ke Flores, atau pulau Jawa. Karena di sana yang justru ada perguruan tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun