Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Kata Bertuah yang Jarang Terucap dan Terdengar Sekarang

9 Juni 2022   20:53 Diperbarui: 9 Juni 2022   21:02 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: kekopedia.com

Jaman semakin maju. Peradaban pun semakin edan. Apa yang mungkin dahulu dianggap bermakna, sekarang justru bisa saja dianggap sepele. Apakah itu karena akibat perubahan? Benarkah demikian? Kata orang bijak 'tiada yang kekal di dunia ini selain perubahan'. 

Seorang pemikir besar bernama Waren Bennis dalam tulisannya berjudul "On Becoming A Leader" yang pernah diterbitkan di New York tahun 1989 membuat suatu refleksi mendalam tentang realitas perubahan yang intinya mengatakan bahwa perubahan itu bukan saja berlangsung sangat cepat, tapi juga terlalu dramatis.

Pandangan ini sudah menjadi bahan permenungan para filsuf sejak berabad-abad silam. Herakleitos, misalnya pernah mencirikan realita perubahan itu dengan kata-kata: "Panta rhei kai uden menei" yang berarti semua mengalir dan tak ada satu pun yang tinggal mantap, yang berarti segala sesuatu berubah-ubah terus menerus.

Memang kalau ditimbang-timbang, sulit untuk dibayangkan bagaimana keberadaan hidup ini bila berlangsung tanpa perubahan. Mau tidak mau perubahan itu memang mesti terjadi Itu adalah suatu keniscayaan. Dan di dalam perubahan itu, bagaimana pun juga, manusia sebagai makluk yang selalu membawa perubahan mesti terlibat. Keterlibatan itu bisa nampak dalam aneka wajah, entah sebagai subyek perubahan, entah sebagai obyek yang dipermainkan oleh perubahan itu sendiri.

Sadar akan perubahan itu yang sering membawa dampak baik positif maupun negatif dalam kehidupan. Perubahan positif itu kita syukuri, tetapi perubahan ke arah negatif tentu harus kita perbaiki. Ada tiga kata yang entahkah karena perubahan jarang terucap dan terdengar dalam interaksi kita yaitu "Tolong, Maaf dan Terima kasih".

Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik sedunia pada suatu kesempatan Audiensi Umum di Lapangan Santo Petrus di Kota Roma pada 13 Mei 2015 mengatakan bahwa kata-kata 'tolong, maaf dan terima kasih' itu sederhana namun tidak begitu mudah untuk dipraktikkan sekarang ini.

           "Sungguh, ungkapan-ungkapan ini membuka jalan kehidupan dengan baik dalam keluarga anda, 

           untuk hidup dalam damai. Ungkapan itu sederhana, tetapi tidak begitu mudah untuk dipraktikkan! 

           Ungkapan itu mengandung banyak kekuatan: kekuatan untuk menjaga kehidupan rumah tangga tetap utuh,

           bahkan ketika diuji dengan seribu masalah. Tetapi jika tidak ada, lubang-lubang kecil bisa mulai retak 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun