BUTUH KETERBUKAAN DAN KETEKUNAN
KISAH
Leo Tolstoy pernah bercerita tentang bagaimana memaknai keterbukaan, kerja sama dan ketekunan, sebagai berikut:
Ada seorang kakek namanya Lev dan istrinya bernama Natalya. Pada suatu hari mereka mendapat kunjungan dari cucu mereka yang bernama Natasya. Orang tua Natasya mengalami kesulitan dengan hidup perkawinan mereka.Â
Karena itu mereka berpikir bahwa satu week end bersama tanpa diganggu Natasya barang kali dapat membereskan persoalan perkawinan mereka.Â
Maka mereka menitipkan anak mereka Natasya pada kakek Lev dan nenek Natalya, tanpa tahu bahwa kedua orang tua ini pun sedang mengalami kesulitan dengan hidup perkawinan mereka, yakni mereka sudah lama tidak berbicara satu sama lain.
Sebetulnya kakek Lev dan nenek Natalya tidak suka dengan si cucu ini karena dia membuka pakaiannya sesuka hati, menutup pintu secara keras, membuat anjing gonggong, suka sembunyi di bawah meja, kalau makan membuat lantai jadi kotor, dan nafsu maknnya besar sekali (kira-kira tiga kali lipat anak seumur dia).
Hari sudah sore dan makan malam harus disiapkan khususnya karena ada si tamu kecil itu. Di luar rumah tinggal satu pohon ubi kayu. Kakek Lev mencoba mencabutnya. Tetapi ubi itu tidak tercabut. Kakek Lev lalu meminta bantuan pada nenek Natalya.Â
Mula-mula si nenek tidak mau karena si kakek yang merasa diri laki-laki mau membuat segalanya sendiri. Melihat dia dibutuhkan, si nenek akhirnya datang membantu. Tetapi ubi itu tidak tercabut juga. Nenek Natalya lalu meminta bantuan pada si cucu. Mula-mula si cucu jual mahal karena dia baru saja dimarahi si nenek.Â
Tetapi ketika membayangkan bagaimana ubi itu setelah direbus, dikeluarkan dari periuk dan dibelah, nafsu makan anak itu mulai timbul dan dia akhirnya bersedia membantu.Â
Tetapi ubi itu tak tercabut juga. Cucu lalu dengan berat hati meminta bantuan pada anggota rumah yang lain, yakni anjing yang selalu dipukulnya dengan tongkat. Tetapi hewan rupanya lebih cepat memaafkan daripada manusia: walaupun selalu dipukul, anjing itu rela membantu.Â
Tetapi ubi itu tak tercabut juga. Sekarang anjing harus meminta bantuan pada kucing, anggota rumah yang lain, yang selalu dikejarnya dan yang dianggapnya rendah. Melihat anjing yang selalu merasa diri superior itu meminta bantuannya, harga diri si kucing lalu bangkit. Dia bersedia membantu.Â
Tetapi sekali lagi ubi itu tak tercabut juga. Kucing lalu meminta bantuan pada tikus, anggota rumah terakhir. Betapa takutnya tikus ketika menyadari bahwa kucing inilah yang telah memakan suaminya.
 'Apakah saya juga akan dimakannya?', tanya tikus itu dalam hati. Tetapi tikus ini sudah memakan sebagian besar Kitab Suci milik kakek Lev termasuk kata-kata rasul Paulus kepada umat di Roma: 'Kalau musuhmu lapar berilah dia makan' (12: 20). Maka dalam satu momen 'lupa diri' tikus itu bersedia membantu juga.Â
Maka sekarang di sekitar ubi kayu itu berdiri kakek Lev, nenek Natalya, cucu Natasya, anjing, kucing dan tikus. Hanya dengan kerja sama semua anggota rumah barulah ubi kayu itu dapat tercabut.Â
Maka malam itu semua mereka merayakan pesta besar. Tikus pun ikut dalam perjamuan. Dan tidak ada kata-kata kutukan yang dikeluarkan ketika nona Natasya memecahkan piring yang dilapnya: "Mereka rupanya sudah belajar dari pengalaman kerja sore hari itu".*** (Tim APP KA)
PESAN UNTUK HIDUP:
1. Â Hidup di tengah dunia yang penuh dengan persoalan dan tantangan ini banyak solusi ditawarkan. Namun yang dibutuhkan sekarang hanyalah keterbukaan, kerja sama dan ketekunan dalam menapaki lorong-lorong kehidupan di dunia ini.
2. Â Ketika setiap orang dengan terbuka mengakui kelebihan orang lain, membangun kerja sama dan tekun melakukan misinya, niscaya kehidupan menjadi aman, tentram dan bahagia.
3.  Kata Alkitab: "Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian" (Amsal 9: 10)
4. Â George Bernard Shaw (1856-1950) berkata: "Manusia lebih mudah runtuh karena pujian dari pada berkembang karena kritik".
Atambua, 18 Oktober 2021