Mohon tunggu...
yos agus
yos agus Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penikmat kopi dingin , tukang nulis di buyut martorejo.link, my-hubsch.com, dan 5 blog lainnya.

"Cemberut, Belajar, dan akhirnya Bersyukur..."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menikmati Nostalgia Lewat Cangkriman

3 Juni 2018   18:42 Diperbarui: 3 Juni 2018   18:52 1992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung-ku Sumber gambar : Pribadi

Pernahkah anda mendengar istilah cangkriman atau cape'an..?

Bagi anda yang tinggal di jawa tengah, istilah ini mungkin tidak asing karena cangkriman/cape'an merupakan seni hiburan yang biasa di lakukan oleh anak-anak di waktu senggang.

Cangkriman atau permainan teka-teki lewat kalimat yang mathuk, merupakan permainan yang sudah turun-temurun di lakukan, dan uniknya kalimat itu tidak ada yang mengajarkan tetapi sangat melekat hingga akhirnya berkembang dengan sendirinya.

Dulu ketika saya masih kecil, bermain cangkriman sering saya lakukan entah dengan teman main atau temen sekolah dan biasanya disela cangkriman itu akan ada tawa ngakak jika kalimat atau artinya jauh dari yang punya karep.

Bagi anda yang ingin ber-nostalgia atau sekedar menyegarkan kenangan bermain cangkriman,berikut beberapa cangkriman yang umum kita dengar dan bisa kita ceritakan pada anak-anak kita.

Diawali yang paling mudah :

  • Suling ketan : Asu guling nang suketan ( anjing berguling di rerumputan).
  • Pindhang kutut : sapi mblandhang lukune katut (Sapi ngabur walukunya terbawa).
  • Tuwan sinyo : Untu kedawan gusi menyonyo (Gigi terlalu panjang gusi menonjol).
  • Pindhang kileng : sapi ning kandhang kaki mentheleng: sapi di kandhang kakek mendelik matanya.
  • Tuwok rawan : Untune krowok larane ora karuwan (Giginya berlubang sakitnya tidak karuan).
  • Wit tho yung : Yen dijiwit athi biyung (Bila dicubit aduh emak).
  • Wiwawite lesbadhonge : Uwi dawa wite tales amba godhonge (Uwi panjang pohonnya, talas lebar daunnya). Uwi: sejenis tanaman ubi yang menjalar.
  • Pothel kidi: Tompo cemanthel kaki wedi (Kukusan tergantung kaki takut). Catatan : Yang dimaksud dengan "kaki" adalah kakek (aki-aki: orang tua).
  • Yu mahe rong, lut mahe ndhut : Yuyu omahe ngerong, welut omahe lendhut (Ketam rumahnya di lubang, belut rumahnya di lumpur).
  • Wiwawite lesbadhonge karwapake : Sama di atas ditambah Cikar dawa tipake (Gerobak panjang jejaknya).
  • Gowang pelot : Jagone ana lawang cempene mencolot (Ayan jagonya ada di pintu, anak kambingnya melompat
  • Buta buri: Tebu ditata mlebu lori (Tebu ditata masuk lori).
  • Kicak ketan : Kaki macak iket-iketan (kakek-kakek berhias pakai destar).
  • Langdikum ditasbir : Lulang dikum dientas njebibir (Kulit direndam, setelah basah, diangkat akan mengembang).
  • Ling cik tu tu ling ling yu : maling mancik watu, watu nggoling maling mlayu (Maling naik batu, batu terguling maling lari).
  • Manuk biru : Pamane punuk bibine kuru (Pamannya gemuk bibinya kurus).
  • Nituk lersure : Nini ngantuk diseler susure (nenek-nenek ngantuk dicuri susurnya), susur: gumpalan tembakau yang dulu banyak diisap wanita, kebanyakan sudah setengah umur.
  • Kayu mati ginubed ula mati (Kayu mati dililit ular mati), jawaban : gangsingan, gasing, yang dililit tali dulu kemudian dilempar.
  • Bocah cilik blusak blusuk nang kebon (Anak kecil menyelinap di kebun), jawaban : jarum.
  • Bocah cilik nggendong omah (Anak kecil menggendong rumah), jawaban : siput.
  • Dicakot bongkote sing kalong pucuke (Digigit pangkalnya yang berkurang ujungnya), jawaban : rokok.
  • Dijupuki malah dadi mundhak gedhe (Diambil terus malah jadi semakin besar), jawaban : orang menggali lubang.
  • Duwe rambut ora duwe endhas (Punya rambut tidak punya kepala), jawaban : jagung.
  • Dikethok malah tambah dhuwur (Dipotong malah bertambah tinggi), jawaban : celana panjang.
  • Embok-e diidak-idak anake dielus-elus (Ibunya diinjak-injak anaknya dibelai-belai),  jawaban : tangga bambu.
  • Embok-e wuda anake tapihan (Ibunya telanjang anaknya pakai kain), jawaban : pohon bambu dan anaknya (rebung).
  • Kebo bule dicancang merang (Kerbau putih diikat merang) merang = batang padi, jawaban : buntil.
  • Ora mudhun-mudhun nek ora nggawa mrica sak kanthong (tidak turun kalau tidak membawa mrica sekantung), jawaban : buah papaya (biji papaya di ibaratkan mrica sekantung).

Ada juga cangkriman yang di sampaikan dalam bentuk tembang seperti Kinanthi, Pangkur dan Pucung.. Dan yang paling sering di dengarkan adalah Pucung seperti :

Bapak pucung cangkemu marep mandhuwur; Sabane ing sendhang; pencokane lambung kering; Prapteng wisma si pucung mutah kuwaya (bapak pucung mulutmu menghadap ke atas, perginya ke mata air,  hinggapnya di pinggang kiri, Sampai rumah si pucung memuntahkan air), Jawaban : Klenthing tempat air.

Sebagai budaya kearifan lokal, kalimat cangkriman sebetulnya hiburan yang sangat mendidik karena itu merupakan seni merangkai kalimat,mengasah ketajaman berpikir sekaligus humor yang menyegarkan.

Semoga dengan munculnya istilah cangkriman di atas, dapat menyegarkan ingatan kita bahwa cangkriman itu warisan masa lalu yang bisa kita ceritakan kepada generasi milenial.

Sangat sayang kan kalau "kehebatan permainan" itu tergerus oleh banyaknya budaya luar yang bukan asli Indonesia...Salam cangkriman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun