Mohon tunggu...
Yosafati Gulö
Yosafati Gulö Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Warga negara Indonesia yang cinta kedamaian.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ketika Pikiran Fadli Zon Mencapai Titik Stagnan

19 Mei 2018   22:55 Diperbarui: 19 Mei 2018   23:43 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fadli Zon (Sumber :kabarpolisi.com

Gara-gara bertambahnya staf khusus serta ruang lingkup kerja unit kerja Presiden sehingga namanya menjadi Kantor Staf Presiden (KSP), Fadli Zon makin gelisah. Dia langsung membangun kecurigaan di benaknya dengan menafsirkan lembaga non struktural sebagai kepentingan politik Jokow Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2019, bukan untuk kepentingan bangsa dan negara.

Penjelasan tentang fungsi dan tugas KSP untuk memberikan dukungan kepada Presiden dan Wakil presiden dalam mengenadlikan tiga kegiatan strategis (pelaksanaan program-program prioritas nasional, aktivitas terkait kominikasi politik kepresidenan, dan pengelolaan isu strategis, dan percepatan pembangunan), bagi Fadli Zon tidak perlu. Yang perlu baginya hanya satu: bubaran KSP!

Ada apa dengan Fadli? Tampaknya otaknya sumpek, mumet. Dia sangat berharap agar pekerjaan Presiden Jokowi tidak lancar, mandeg. Ia terus membangun dalam pikirannya sebuah harapan agar kinerja Jokowi menjelang akhir masa jabatan terbengkalai. Dengan begitu ia dan kelompoknya memiliki peluang untuk menghajar Jokowi pada Pilpres 2019.

Ini artinya, pikiran Fadli sudah tak jalan. Dia kira semua yang dikerjakan pemerintahan sekarang melulu urusan Pilpres 2019. Dia benar-benar telah membunuh kesadarannya bahwa Jokowi punya tanggung jawab untuk menyukseskan program kerjanya sampai akhir masa jabatan. Bahwa hal itu berpengaruh pada Piplres 2019, tentu tidak masalah dan tidak melanggar hukum. Namun, Fadli menilai justru itulah yang menjadi masalah bagi dirinya.

Selalu Gagal

Pasalnya, dia sudah menempuh berbagai cara untuk menjatuhkan Jokowi, tapi semua gagal. Ia sudah meneriakkan pandangan sesatnya tentang kegiatan teror bertubi-tubi sejak tanggal 5 Mei 2018, namun tidak ada yang percaya selain dirinya sendiri dan teman-temannya yang juga sedang galau. Tanpa merasa bersalah, ia malah mengait-ngaitkan teror dengan kasus Novel Baswedan. Ia juga bilang bahwa teror itu hanya ada di negara yang pimpiannya lemah, mudah diintervensi, tapi rakyat tetap saja bilang Fadli mengigau.

Sebelumnya ia sampai berbusa-busa mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur hanya menyesangrakan rakyat, tapi rakyat bilang tidak. Kami butuh infrastruktur yang bagus. Kalau jalan toll antara Jakarta-Surabaya pada pada hari Raya Idul Fitri bisa beroperasi, rakyat malahan bilang itu prestasi gemilang. Arus lalu lintas lancar. Mobilisasi barang dan jasa meningkat. Dengan sendirinya mobilisasi kebutuhan masyarakat terakselerasi.

Orang paham bahwa getolnya Fadli menjatuhkan Jokowi bukan karena Jokowi tidak bisa bekerja. Malahan sebaliknya, karena keberhasilan pembangunan di bawah pemerintahan Jokowi, Fadli sangat kecewa. Jika kemajuan itu berketerusan sampai akhir masa jabatan, ia dan kelompoknya merasa sudah tidak punya celah untuk menyodorkan program yang dapat menarik simpati rakyat saat kampanye Pilpres tahun depan.

Ia jadi bingung. Mau merayu masyarakat dengan menawarkan sosok pemimpin yang bersih dan transparan, Jokowi sudah melakukannya. Mau menawarkan pemimpin yang dekat dengan rakyat, Jokowi malah sudah menjadi sarapan pagi Jokowi selama dan sebelum menjadi Presiden. Di Asmat sana, Jokowi sudah beberapa kali datang. Dia satu-satunya presiden yang menginjakkan kaki di Asmat untuk melihat langsung permasalahan rakyat. Lalu mau menawarkan pembangunan infrastruktur, pertanian, jaminan kesehatan, jaminan pendidikan, semua sudah dilakukan Jokowi.

Fadli makin kehilangan akal. Mau merayu masyarakat dengan isu utang, ternyata sudah dibabat oleh Sri Mulyani. Mau menawarkan pimpinan yang tegas, eh Jokowi sudah memraktekkannya tanpa kata-kata kasar dan kotor. Jokowi memerintah bawahannya tanpa pernah memakai kata "gob**k" seperti kerap diteriakkan kawannya Prabowo.

Merasa Diri Tak Bernilai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun