Mohon tunggu...
Yopi Ilhamsyah
Yopi Ilhamsyah Mohon Tunggu... Dosen - Herinnering

Herinnering

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cerita Perang: Taktik Lelembut Bikin Kembut (1)

11 Juni 2020   10:59 Diperbarui: 11 Juni 2020   11:04 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh karenanya, opsir yang mengomandani benteng tersebut memerintahkan beberapa tentara untuk bersembunyi di areal kuburan. Setelah dua hingga tiga kali penyelidikan, lelembut tidak lagi muncul. Komandan memerintahkan agar menyediakan peluru kembang api di bastion demikian juga dengan penambahan personil di pos jaga yang mengelilingi benteng.

Jam 10 malam, opsir-opsir beserta para tentara mengintip. Suasana di luar benteng menjadi hening nan senyap. Tepat jam 12 malam, baru beberapa saat sekilwak membunyikan lonceng, terlihat penampakan lelembut berpakaian putih keluar dari tanah.

Peluru kembang api ditembakkan tepat di atas areal perkuburan sehingga suasana kuburan menjadi terang. Saat para tentara tengah bersiap seketika lelembut tersebut menghilang, hanya terdengar pekikan tawanya saja. Para tentara berseru "wah itu benar-benar hantu".

Keesokan harinya, ada satu tentara berpangkat sersan mohon izin menemui opsir komandan untuk menyelidiki persoalan lelembut yang sudah heboh di dalam benteng. Sersan ini juga minta izin untuk dapat keluar dari benteng selama 24 jam. Komandan menyetujui permintaan sersan ini. Dalam buku sang sersan berkata:

"ja, toewan kommandan, saja tida pertjaja itoe perkara setan; saja soedah lihat, itoe orang poetih selamanja kaloewar kaloe soedah di boenoeh lampoe di roemah djaga atjeh di sebelah sitoe. Kaloe toewan kommandan kasih permisie, ini malam saja maoe masoek di hoetan; saja maoe ngintip di dalam roemah djaga itoe; kaloe saja membawa revolver sama keris, saja tida takoet poentianak  atawa setan."     

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun