Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Para Jenderal dalam Pusaran Islam Puritan

31 Maret 2017   14:58 Diperbarui: 4 April 2017   18:29 7431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menteri Koordinator BIdang Kemarimitaman Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Panjaitan (LBP) dirumorkan menginisiasi pembentukan Forum Syuhada Indonesia (FSI). Panglima ABRI- yang saat ini menjabat  Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Jenderal TNI (Purn) Wiranto juga pernah disebut berada di belakang lahirnya organisasi kemasyarakatan (ormas) Front Pembela Islam (FPI) pada tahun 1998. Jika benar, apa tujuan LBP?

Dugaan keterlibatan LBP di balik FSI menjadi perbincangan hangat di media-media sosial menjelang Aksi 313 yang dikoordinir Forum Umat Islam (FUI). Panglima FSI Dikho Nugroho membantah keterlibatan LPB dan menyebutnya sebagai isu murahan. Diko menegaskan FSI murni gerakan kader yang dibentuk dibentuk dan didirikan oleh 17 ormas pemuda Islam berbasis laskar seperti Gerakan Pemuda Islam (GPI), Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK), Laskar Muda Bugis Makassar (LMBM), Pengurus Besar Ikatan Putra-Putri Al-Wasliyah, Ikatan Sarjana Al-Wasliyah, Perisai Syarikat Islam, Gerakan Perubahan Indonesia dan Serikat Buruh Seluruh Indonesia (SBSI 1992).

Terlebih, demikian klaim Dikho Nugroho, selama ini FSI selalu terlibat dalam aksi Bela Islam yang sudah digelar beberapa kali untuk menuntut penangkapan Gubernur DKI Jakarta (non aktif) Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) karena diduga telah melakukan penistaan terhadap agama Islam sebagaimana fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Bantahan terkait dugaan kucuran dana dari LBP, mendekati kebenarannya ketika polisi menangkap Dikho Nugroho dengan tuduhan makar. Mantan suami Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jakarta Mimah Susanti tersebut ditangkap pagi dinihari menjelang Aksi 313 bersama Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al-Khaththath, Zainudin Arsyad (Presiden Asean Muslim Students Association 2016-17), Irwansyah (Wakil Koordinator Aksi 313) dan Andry (aktivis pergerakan). Mereka dibawa ke Mako Brimob Kelapa Dua Depok untuk menjalani pemeriksaan sehingga tidak bisa hadir di tengah umat yang tengah menggelar aksi di seputar Istana Merdeka, Jakarta Pusat.

Mungkin akan timbul pertanyaan, jika FSI bentukan LBP, mengapa pemerintah menangkap panglimanya? Untuk menjelaskan, harus dilihat motif di balik pembentukan FSI. Bukan rahasia lagi, banyak pihak yang gerah dengan penguatan isu-isu Islam (yang ditengarai) radikal. Mereka menilai panggung kelompok Islam puritan seperti FPI, Hizbut Tahrir dan lain-lian sudah terlalu besar sehingga perlu dilakukan counter untuk mengecilkan. Dari berbagai macam opsi, merusak dari dalam menjadi pilihan paling rasional karena tidak membutuhkan biaya sosial terlalu besar. Mereka masuk melalui orang lain, lalu mendorong pada suatu gerakan yang tidak disukai publik dan bisa dijadikan pintu masuk oleh aparat keamanan untuk menangkap sasaran sebenarnya.

Sejak awal, Aksi 313 sudah ditentang kelompok-kelompok Islam yang sudah mencium gelagat tidak baik ketika mendadak muncul FSI dengan seruan-seruan yang bisa menodai gerakan Islam sesungguhnya. Terlebih FSI ngotot agar Aksi 313 langsung menyerbu ke Istana Merdeka, bukan lagi sebatas meminta agar Ahok dipenjara. FSI juga menolak aksi damai sebagaimana aksi-aksi sebelumnya sehingga sama saja dengan menyodorkan kepala untuk ditembak.

Dari sinilah isu adanya aliran dana LBP ke FSI berhemus kencang. FSI digunakan oleh “kekuatan ketiga” untuk membelokkan tujuan awal gerakan Bela Islam yakni menuntut Ahok dipenjara. Boikot terhadap Aksi 313 pun dilakukan sehingga tidak ada ormas besar atau ulama kharismatik yang ikut dalam aksi tersebut. Jumlah massa yang ikut dalam Aksi 313 menyusut dratis dibanding aksi-aksi Bela Islam sebelumnya.

Dikho Nugraha perlu diamankan untuk memberi landasan bagi polisi menangkap Sekjen FUI yang sudah sejak lama diincar. Sebab Al-Khaththath  berpotensi menjadi tokoh sentral gerakan umat Islam sebagaimana dulu Habib Rizieq Shihab. Pertemuan-pertemuan Al-Khaththath dengan organ-organ FSI dijadikan dasar pembenaran tuduhan makar. Setelah tujuannya selesai, Dikho dan semua yang ditangkap hari ini akan dilepas sebagaimana para tersangka makar sebelumnya.

Dari kontruksi di atas, jelaslah mengapa muncul tuduhan LBP berada di belakang FSI. Dalam situasi seperti sekarang ini, juga situasi 1998, para jenderal perlu turun tangan. Pembusukan terhadap gerakan yang sudah masif dan memiliki potensi mengancam keselamatan negara, hanya bisa dilakukan oleh para jenderal. Sayangnya, mereka selalu menggunakan isu Islam radikal untuk “menyelesaikan” persoalan kebangsaan. Seolah hanya kelompok Islam puritan ini yang memiliki potensi meruntuhkan bangunan kebangsaan sehingga harus “dibina(sakan)”.

Semoga Aksi 313- yang tengah berlangsung, tidak masuk perangkap kelompok-kelompok yang ingin merusak citra Islam.   

Salam @yb

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun