Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggoreng Puisi untuk Rakyat

22 Juli 2022   19:36 Diperbarui: 28 September 2022   12:11 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis di acara peluncuran buku antologi puisi PDS HB Jassin. Foto: dokpri

Sekali lagi, dari sini kita melihat betapa tidak berdayanya pemerintah menghadapi -- meminjam istilah yang disampaikan mantan Menteri Perdagangan saat rapat di DPR, mafia minyak goreng.

Saya tidak mengatakan ada monopoli dan kartel, tetapi ketika pengusaha bisa mengatur pemeritah, ini sudah warning bagi konsep ketahanan pangan nasional.

Reshuffke menteri perdagangan juga belum memperlihatkan hasil. Harga minyak goreng kemasan masih bertengger di atas Rp 20 ribu per liter. Baru sebatas menyulap minyak goreng curah menjadi kemasan dan ikut dijual di minimarket dengan harga Rp 14 ribu per liter.   

Satu-satunya keberhasilan yang layak dicatat, mungkin terkait promosi agar pembeli minyak goreng curah kelak memilih anaknya.

Jika ada elit partai berani menyeru kepada rakyat agar tidak cengeng menghadapi tragedi minyak goreng, maka kita harap dia punya keberanian untuk menyeru kepada segelintir konglomerat agar tidak mencari untung gila-gilaan di tengah pandemi.

Kita berharap dia juga berani memaksa pengusaha tidak memanfaatkan ketidakberdayaan masyarakat dalam sistem perdagangan yang tidak adil. Kekuasaan yang dimandatkan kepada pemerintah adalah untuk memastikan adanya perlindungan kepada masyarakat kecil, masyarakat yang rentan dieksploitasi.

Ada sistem yang salah sehingga harus dibenahi sebelum menjadi kanker ganas, sebelum ungkapan Mark Twain "pengusaha merampok rakyat disebut bisnis, sementara ketika rakyat miskin melawan disebut anarkis", menjadi kenyataan di negeri Pancasila yang kita cintai bersama.

Penyair, sastrawan, harus berada di garda terdepan dalam menyuarakan persoalan hari ini tanpa perlu terjebak pada dukung-mendukung politik. Penyair adalah hatinya masyarakat. Ia tidak dapat terbebas dari lenguh ibu pertiwi, pun air mata anak-anak bangsa.

salam @yb

* Materi Diskusi Peluncuran Antologi Puisi Minyak Goreng Memanggil

    PDS HB Jassin, 22 Juli 2022.

 

      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun