AKHIRNYA penyebab ketegangan hubungan Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang sempat menjadi spekulasi beberapa waktu lalu, terkuak.
Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi menyebut, ketika menghadap Presiden Jokowi, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menyampaikan keinginan menduetkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan pada Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2024.
Terhadap keinginan Surya Paloh yang disampaikan pada 31 Mei 2022, Presiden Jokowi mengangguk meski, menurut Budi, konteksnya sebatas menerima masukan, bukan setuju.
Â
Isi pertemuan ini diduga bocor. Logikanya, jika Ketum Projo saja bisa mengetahui, apalagi Megawati yang tentunya memiliki lebih banyak "telinga" di Istana.
Bisa dipahami jika Megawati kemudian memberikan reaksi keras. Narasi yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto di kisaran tanggal itu cukup menggambarkan situasi yang terjadi.
Seperti kita ketahui, Jokowi kemudian terlibat pembicaraan cukup intens dengan Megawati sebelum pelantikan pengurus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Istana Negara, 7 Juni 2022.
Pertemuan berlanjut keesokan harinya saat Jokowi meresmikan Masjid At Taufik di Lenteng Agung.
Megawati memberikan gestur tidak biasa melalui lirikan tajam ketika Jokowi mengatakan hubungannya dengan Megawati seperti dalam keluarga besar sehingga wajar dalam perjalanan ada anak yang nakal.
Adanya usulan Ganjar-Anies, sepertinya tidak perlu diragukan setelah mendapat pembenaran dari Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali.
Menurut Ali, usulan Surya Paloh dimaksudkan untuk menyatukan masyarakat yang mengalami pembelahan cukup tajam sepanjang dua gelaran pilpres terakhir.
Istilah pasangan capres pemersatu bangsa pun disematkan pada duet Ganjar-Anies karena dianggap mewakili dua poros yakni nasionalis (Ganjar) dan kanan atau agama (Anies).