Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memaknai Sindiran Ganjar "Satu Kurang Dua Kebanyakan" Usai Disentil Puan

25 Mei 2021   05:16 Diperbarui: 25 Mei 2021   17:37 2041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkap layar Instagram @ganjar_pranowo

Pernyataaan Ketua DPP PDIP Puan Maharani bahwa calon yang akan diusung PDIP pada Pilpres 2024 meendatang adalah pemimpin yang ada di lapangan, bukan media sosial, dianggap sebagai sindrian terhadap Gubernur Jawa Tengah Ganjaar Pranowo.

Terlebih setelah Ketua DPP Bidang Pemenangan Pemilu sekaligus Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto membeberkan alasan mengapa Ganjar tidak diundang dalam acara Pameran Foto Esai Marhaen dan Foto Bangunan Cagar Budaya di Semarang yang dihadiri Puan dan para kepala daerah se-Jawa Tengah yang diusung PDIP.

Bambang menyebut Ganjar telah melakukan kesalahan karena sudah membangun pasukan media sosial untuk mendongkrak elektabilitasnya. Padahal penugasan sebagai gubernur belum selesai dan partai belum menunjuk siapa yang akan diusung pada Pilpres 2024. Hal itu merupakan hak prerogatif Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. 

Kepada wartawan yang meminta tanggapan terkait statemen Bambang Wuryanto, Ganjar hanya mengatakan dirinya orang Jawa dan (masih) kader. Kalimat itu dapat ditafsirkan sebagai bentuk pengakuan atas kesalahannya dan sebagai kader siap mengikuti aturan main partai.

Namun malamnya Ganjar mengunggah video pendek disertai caption menggelitik di akun Instagram-nya, @ganjar_pranowo. "Bengi-bengi kok pengen ngemi, kelingan jaman ngekos. Satu kurang, dua kebanyakan" disertai emoji tertawa.

Kalimat "Malam-malam kok ingin makan mi, teringat jaman tinggal di kos-kosan. Satu kurang, dua kebanyakan", memiliki banyak tafsir.

Tafsir harfiahnya tentu gambaran suasana hati Ganjar yang sedang riang (berdasar emoji) karena teringat masa lalu saat tinggal di kos-kosan dan merasa lapar namun hanya ada mi instan yang porsinya nanggung. Kata 'lapar' merupakan hasil pemaknaan dari frasa "Satu kurang, dua kebanyakan". Sebab jika tidak lapar, cukup makan satu bungkus mi instan.  

Baca juga: Jika Bukan Ganjar atau Puan, Ini 6 Jagoan PDIP di Pilpres 2024

Namun jika ditafsirkan dari sisi politik, dan dikaitkan dengan pernyataan Puan serta Bambang Wuryanto, maka makna caption foto Ganjar memiliki dimensi luas.

Pertama, Ganjar merasa keberadaannya di PDIP ibarat anak kos sehingga  apa pun yang dilakukan selalu salah. Diam salah, bergerak pun salah. Ruang yang tersedia sangat sempit dan tidak boleh ada kreasi karena semua harus menunggu dan sesuai dengan instruksi partai (baca: ketua umum).

Kedua, Ganjar tengah menyindir Puan karena merasa telah berbuat banyak untuk partai, namun dianggap masih kurang. Tetapi ketika menambah dengan cara menaikkan elektabilitasnya yang berarti juga akan mendongrak elektabilitas partai, dianggap berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun