Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Memaknai Safari Kapolri ke Ormas Islam di Tengah Isu Agama

30 Januari 2021   15:04 Diperbarui: 30 Januari 2021   15:15 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Sekum PP Muhammadiyah Abdul Muti. Foto: Dok. Divisi Humas Polri via kompas.com 

Ghirah keagamaan berhembus kencang di ranah politik sejak tahun 2012 lalu dan mencapai puncaknya di tahun 2019. Saat ini isu berbasis agama, juga primordialisme, mulai landai terlebih setelah sikap keras pemerintah. Pencalonan Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo sebagai Kapolri pun mulus tanpa isu agama,

Pilihan Presiden Joko Widodo bukan saja tepat karena Jenderal Listyo Sigit memang memiliki rekam jejak mumpuni, namun juga bisa menjadi jendela untuk melihat kondisi sosial politik tanah air saat ini.

Terlebih, usai dilantik Kapolri langsung menggelar safari ke ormas-ormas Islam seperti PB Nahdlatul Ulama, PP Muhammadiyah dan hari ini berkunjung ke DPP Rabithah Alawiyah di Jakarta Selatan.

Ada banyak hal menarik yang bisa dikupas. Namun pernyataan Jenderal Sigit di depan pengurus Muhammadiyah bahwa Polri siap dikritik, justru paling seksi. Ada beberapa alasannya.

Pertama, bukan rahasia lagi, bahkan sudah banyak pihak yang terang-terangan menyebut polisi keras kepada kelompok yang berseberangan dengan pemerintah namun lembek ke pendukung Istana. Kritik ini didasarkan pada cepatnya proses hukum kepada satu pihak, dan lambatnya pada pihak lain. 

Tentu masih perlu banyak bukti untuk membenarkan atau menolak klaim tersebut. Hanya saja secara umum kita pun dapat merasakan adanya nuansa tersebut. Dengan adanya pernyataan Kapolri bahwa polisi siap dikritik, apakah juga berlaku untuk kritik terhadap hal-hal demikian itu?  

Kedua, pembelahan di tengah masyarakat atas dasar agama, sebenarnya berasal dari ulah para politisi yang mengeksploitasi isu agama, dalam konteks mencari dukungan. Poin ini tidak boleh hanya dilihat dari sisi mereka yang mengagungkan, namun juga pihak-pihak yang mencerca agama. Sebab perbuatan kedua pihak sama-sama dalam rangka meraih dukungan publik.  

Mengaitkan Islam dengan teroris, sumber kekerasan dan kebohongan, arogan dan lainnya adalah juga pihak yang andil dalam menciptakan fanatisme agama. Umat yang tadinya diam, mendadak beringas karena merasa agamanya dijadikan bahan olok-olokkan.

Ingat, sensitivisme tiap pemeluk agama berbeda-beda. Ada yang memaknai agama sebatas sebagai identitas untuk memenuhi syarat kewarganegaraan, ada yang sebatas untuk pergaulan hingga mencari teman hidup. Namun, jangan juga lecehkan mereka yang memaknai agama sebagai prinsip hidup, sebagai pegangan hidupnya yang tidak dapat ditawar dengan hal-hal keduniawian. Bukankah menghargai setiap perbedaan adalah esensi toleransi, kebhinekaan yang sejati?

Terkait dengan sikap Kapolri, maka kita ingin polisi juga "keras" terhadap siapa saja yang mempermainkan agama dalam konteks apa pun baik yang menggunakan untuk meraih dukungan politik maupun yang melecehkan demi syahwat lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun