Bukankah para punggawa kerajaan palsu, juga warga sekitar pohon menangis, mendapat "berkah" atas munculnya fenomena demikian itu?
Jangan salahkan mereka yang berebut "air mata" pohon, membeli "sabda" raja yang lahir dari delusi, dari halusinasi.
Kecamlah mereka yang memanfaatkan "kebingungan" masyarakat. Kritiklah mereka yang turut menjadi penyebab terjadinya fenomena-fenomena irasional di tengah masyarakat.
Kecamlah para politikus dan mesin politik yang terus menebar ketakutan, permusuhan dan seenaknya melontar kata, tulisan, tanpa tanggung jawab, hanya demi memuaskan kedengkian hati dan tepuk sorak golongannya.
Salam @yb