Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pahami Tiga Poin Pernyataan Agnez Ini agar Terhindar Baper

27 November 2019   01:43 Diperbarui: 27 November 2019   11:50 8004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agnez Mo. Foto: KOMPAS.com/Roderick Adrian Mozes

Ada pengakuan dan pujian luar biasa terhadap sikap toleran kelompok mayoritas di Indonesia, yang dalam konteks ini adalah Muslim. Bahwa Agnez tetap merasa dirinya berbeda, itu tidak mengurangi apresiasi terhadap warga mayoritas.

Kedua, pernyataan Agnez, mungkin tanpa disadari,  mematahkan upaya kelompok tertentu untuk menghilangkan dikotomi pribumi dan non-pribumi. Agnez tengah menegaskan ada kelompok asli (berdarah Indonesia)  dan ada kelompok lain yang hanya "menumpang lahir" seperti dirinya. Tidak perlu mengaburkan fakta itu.

Poin ini mestinya memuaskan kelompok yang meyakini ada penduduk asli Indonesia dan pendatang. Justru kelompok yang sedang getol mengkampanyekan tidak ada penduduk pribumi di Indonesia, salah satunya melalui proyek tes DNA dengan relawan sejumlah nama top seperti Najwa Shihab, Ariel NOAH hingga Ketua Umum PSI Grance Natalia, yang mestinya "marah" dengan pernyataan Agnez.

Pernyataan Agnez juga sejalan dengan celetukan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat pembukaan kongres di Bali. Ketika menyebut nama Ahok (Basuki Tjahaja Purnama), Megawati mengatakan namanya memang Ahok,tidak perlu diganti Basuki. Sebab Pancasila menghargai keragaman.

"Mau namanya Aseng, mau Ahok, mau Badu, kalau dia warga Indonesia, ya sudahlah," kata Megawati.

Kita tetap menghargai orang-orang yang hanya "menumpang lahir" namun ber-KTP Indonesia, sepanjang mereka juga tidak mengutak-atik keberagaman yang ada. 

Tidak perlu hanya demi mendapat pengakuan kelompoknya sebagai warga sah yang memiliki hak politik setara, lantas menafikan eksistensi orang Jawa, Sunda, Dayak, Melayu, Menado,  Batak, Sasak, Papua, Bali dan lain-lain sebagai penduduk asli Indonesia.

Bahwa DNA Paijo, Painem dan Bedul bersilang dengan DNA dari Timur Tengah, Eropa atau Rusia, bukan berarti tidak ada penduduk asli Indonesia. Sebab jika sekarang dilakukan tes DNA terhadap orang-orang Jepang, percayalah, hasilnya pun tidak ada yang 100% ber-DNA Jepang.

Demikian juga jika tes DNA dilakukan terhdap orang China, Rusia, India dan lain-lain. Namun fakta itu tidak bisa dijadikan alas argumen bahwa tidak ada orang Jepang asli, India asli, atau China asli.

Uraian selengkapnya silakan baca di sini: Tes DNA dan Upaya Pengaburan Identitas Kebangsaan.

Ketiga, Agnez masih merasa berbeda dengan yang lain. Dari banyak tafsir atas pernyataan tersebut, kita lebih meyakini ungkapan itu terkait ketidaknyamanannya sebagai minoritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun