Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Jadikan Jateng Ladang Kurusetra, Isu Ini Untungkan Prabowo

13 Desember 2018   08:41 Diperbarui: 13 Desember 2018   15:30 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Baratayudha. Sumber: wayangku.id

Tidak sulit memahami alasan di balik manuver kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendirikan posko pemenangan di Jawa Tengah, khususnya Solo. Tetapi kepercayaan diri saja tidak cukup. Pasangan nomor urut 02 harus bisa memainkan sejumlah isu yang layak jual sesuai karakteristik masyarakat Jateng yang egaliter di bagian barat dan mriyayi di bagian timur.

Seperti sudah diulas dalam beberapa tulisan sebelumnya, kekuatan kedua kubu sebenarnya sudah terbentuk.  Artinya Prabowo-Sandiaga dan Joko Widodo-Ma'ruf Amin sudah memiliki pendukung tetap yang tidak goyah dengan negative, bahkan black campaign terhadap jagoannya. Dari peta ini, pasangan nomor urut 01 unggul di kisaran 5-10 persen.

Penilaian tersebut bukan hanya didasarkan pada survei lembaga-lembaga non-partisan, tetapi juga diakui Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade. Bahkan Koordinator Juru Bicara BPN Dahnil Anzar Simanjuntak menyebut elektabilitas Prabowo-Sandiaga di Jateng hanya 43 persen.

Meski kondisi tersebut juga menggambarkan jika- sebagaimana juga tergambar dari hasil survei dan diamini Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Erick Thohir, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf stagnan, namun angkanya masih di atas lawan. Artinya jika tidak ada perubahan signifikan, Jokowi akan melenggang ke periode kedua dengan perolehan suara di kisaran 52-58 persen.  

Hal ini menjadi catatan serius kubu Prabowo. Awalnya ada harapan dari kelompok pemilih tidak loyal (swing voter) dan pemilih baru dari kelompok milenial yang konon jumlahnya lumayan besar, mencapai 20-an persen. Namun setelah tiga bulan berjalan, kenaikan elektabilitas Prabowo-Sandiaga tampak belum terlalu signifikan. Sandiaga belum mampu memaksimalkan keunggulan kemilenialan dirinya, kecuali di kalangan emak-emak.  

Padahal Jokowi sudah sejak lama melakukan "pendekatan" ke kelompok milenial. Kegiatan touring, mengenakan jaket belel dan sneakers hingga "bergaul" dengan anak-anak SMA adalah contohnya.  Jika terus dipaksakan hanya berharap dari suara kelompok milenial,  maka akan timbul dilema mengingat waktu kampanye tinggal sekitar 4 bulan. Sulit mengejar "investasi politik" yang sudah ditanam Jokowi selama ini.

Satu-satunya cara yang paling efektif untuk menambah suara adalah dengan melepas wilayah tertentu dan kelompok pemilih yang sulit dijangkau serta lebih konsentrasi pada wilayah-wilayah dengan mata pilih besar.  Faktanya, untuk memenangkan pilpres, tidak harus menang di semua wilayah. Dengan sisa waktu yang ada, konsentrasi untuk menguasai Jawa dan Sumatera menjadi realistis dibanding menghabiskan waktu keliling Indonesia.

Lalu mengapa Jateng dipilih sebagai pada ladang kurusetra alias battle ground?  

Pertama, untuk menang tidak harus dengan menambah poin kita, tetapi bisa juga dengan mengurangi dukungan lawan. Seperti diketahui , Jateng memang basis PDIP dan Jokowi di Pilpres 2014.  Namun bukan berarti tidak bisa digusur. Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono pernah "mempermalu" Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Pilpres 2009.

Jika Prabowo-Sandiaga bisa menang, minimal menipiskan gap elektabilitas di Jateng, maka hal itu bukan hanya pertanda naiknya dukungan tetapi sekaligus mengurangi poin lawan.  Dua hal dicapai dalam sekali dayung.    

Kedua, kubu Prabowo yakin masih menguasai Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Sedang Jawa Timur dan Yogyakarta suara kedua pasangan masih berimbang. Artinya, untuk seluruh wilayah Jawa, praktis tinggal Jateng yang masih dikuasai lawan. Dengan jumlah mata pilih mencapai 27,9 juta, hanya kalah oleh Jabar (32,6 juta) dan Jatim (30,5 juta), Jateng menjadi sangat seksi untuk ditaklukkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun