Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Dugaan Keterlibatan Istana dalam Artikel Asia Sentinel Terpatahkan Fakta Ini

21 September 2018   09:36 Diperbarui: 21 September 2018   15:00 2331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Partai Demokrat mengadukan sejumlah media yang mengutip berita fitnah kepada Susilo Bambang Yudhoyono di Asia Sentinel kepada Dewan Pers. Pengaduan disampaikan langsung oleh Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan beserta jajaran ke Gedung Dewan Pers, Jakarta, Senin (17/9/2018). (KOMPAS.com/Ihsanuddin)

Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Pandjaitan tidak mampu menyembunyikan kebanggaannya setelah berhasil membuka tabir media Asia Sentinel. Berbicara melalu videoyang diunggah oleh akun Twitter Wasekjen Demokrat Andi Arief, Hinca menyebut media yang berbasis di Hongkong tersebut tidak kredibel alias abal-abal.

Temuan Hinca memperbesar dugaan adanya unsur konspirasi untuk menjatuhkan kredibilitas Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Sebab dalam artikel yang ditulis John Berthelsen, yang disebut sebagai editor sekaligus pendiri Asia Sentinel, secara sembrono menyebut krisis Bank Century sengaja diciptakan sebagai jalan untuk mencuci uang senilai US$ 12 miliar yang dilakukan rezim SBY.

Tanda-tanda ketidakberesan Asia Sentinel sebenarnya sudah terbaca ketika tulisan tersebut sempat hilang lalu muncul kembali dengan imbuhan bantahan Partai Demokrat. Artinya Sentinel sudah mengakui adanya kekeliruan karena tidak memuat azas berimbang yang menjadi roh karya jurnalistik. 

Asia Sentinel semakin terpojok setelah SBY mengancam akan mengejar hingga ke dunia mana pun. Pertanyaan Wasekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik terkait hubungan antara istana dengan Asia Sentinel seraya memposting foto Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko bersama co-founder Asia Sentinel, Lin Neumann di akun Twitter-nya, menjadikan kasus ini semakin liar. Terlebih kemudian Rachland juga mengunggah foto Lin bersama Presiden Joko Widodo.

Bantahan tergesa Moeldoko dan juga Johan Budi, Staf Khusus  Presiden, justru menguntungkan Demokrat karena publik tergiring opini yang diciptakan Demokrat. Di samping membenarkan sebelumnya Lin Neumann pernah "berkeliaran" di Istana dalam kapasitasnya sebagai Managing Director di American Chamber of Commerce in Indonesia (AmCham Indonesia).

Pernyataan Johan Budi jika selembar foto tidak bisa dijadikan alas kesimpulan Istana membacking Asia Sentinel, justru memancing rasa ingin tahu lebih jauh. 

Andai usai acara berfoto-ria tersebut tidak muncul sesuatu yang dianggap menguntungkan salah satu pihak, atau bahkan kedua pihak yang bertemu, tentu publik pun tidak akan mempertanyakan. Artinya jawaban Johan Budi, juga Moeldoko, tidak memenuhi ekspektasi publik yang sudah "termakan"  opini yang dilempar kader-kader Demokrat.

Sekjen Demokrat Hinca Pandjaitan di Hongkong. Sumber: tangkap layar video YouTube
Sekjen Demokrat Hinca Pandjaitan di Hongkong. Sumber: tangkap layar video YouTube
Terlebih kemudian Asia Sentinel meminta maaf dan mencabut artikel berjudul "Indonesia's SBY Government: 'Vast Criminal Conspiracy'"  tersebut. Hal ini menambah energi Demokrat untuk mencari kebenaran adanya keterlibatan pihak lain sekaligus memburu pihak-pihak di Indonesia yang begitu bersemangat memblow up dan menyebut Asia Sentinel sebagai media kredibel.

Tetapi ada satu hal yang terlupakan oleh kader-kader Demokrat  yang terlanjur bersemangat berupaya "menggiring opini" adanya keterlibatan pihak Istana dengan sodokan dua foto yang diunggah Rachland Nashidik. 

Apa itu? Keberadaan sosok Sri Mulyani. Sebelum menjadi Menteri Keuangan di Kabinet Kerja, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut adalah Menteri Keuangan sekaligus Ketua Komisi Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di era SBY. 

Sri Mulyani bersama mantan Wapres Boediono yang saat peristiwa ini, November 2008, menjabat Gubernur Bank Indonesia, adalah pihak yang paling disorot dalam kasus talangan dana (bailout) Bank Century senilai Rp 6,7 triliun lebih. Bahkan ketika ditangani KPK, banyak pihak berpendapat dua nama ini dianggap layak menjadi tersangka.

Artinya, jika bidikan Asia Sentinel benar untuk menghancurkan SBY, dan Demokrat, tentu akan terlebih dulu mengenai Sri Mulyani. Dari sini dengan sendiri teori atau asumsi keterlibatan Istana terpatahkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun