Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Celoteh Eva Sundari Ganggu Langkah Politik Jokowi

25 April 2018   17:31 Diperbarui: 25 April 2018   21:17 4493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eva Sundari. Foto: KOMPAS.com

Upaya Presiden Joko Widodo dan politisi PDIP mendekati kubu Habib Rizieq Syihab bisa gagal membuah hasil positif karena celoteh panas Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan DPP PDIP Eva Kusuma Sundari. Butuh kearifan orang-dekat dekat Megawati Soekarnoputri dan Jokowi agar kepentingan yang lebih luas tidak tereduksi ego sesaat.

Pernyataan Eva Sundari terkait pertemuan kader PDIP Erwin Moeslimin dengan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Syihab, sama sekali tidak mencerminkan politisi yang berwawasan kebangsaan. Setelah mengatakan pertemuan tersebut tidak ada kaitannya dengan partai, anggiota Fraksi PDIP DPR RI ini tampak berang menanggapi pernyataan Humas Persaudaraan Alumni (PA) 212 Novel Bamukmin .

Penyebabnya, Novel Bamukmin menyebut, saat bertemu Erwin di rumahnya di Mekah Arab saudi, Rizieq Syihab menasehati PDIP dengan 5 poin, di antaranya PDIP harus bersih dari keturunan PKI yang masih mengusung ideologi komunis,  melepaskan diri dari neoliberalisme dan misionaris yang jahat terhadap ajaran islam, serta merevisi kebijakan yang anti-Islam.

Menurut Eva, Rizieq tak perlu memberi perintah kepada PDIP soal ideologi dan hukum. Soalnya, Megawati lebih jago ketimbang Rizieq. "Nggak usah disuruh-suruh. Bu Mega jauh lebih pintar dari Rizieq kalau urusan begitu," sentak Eva.

Terkait pertemuan Tim 11 PA 212 dengan Presiden, Eva Sundari yang namanya pernah disebut dalam persidangan kasus korupsi Bakamla, menyebut, alumni 212 pecah dan mereka yang menemui Jokowi sudah sadar. Pernyataan ini jelas kontraproduktif. Eva seperti lupa, isu seputar hubungan Jokowi dengan ulama yang ada di PA 212, sangat sensitif. Ketegangan antara ulama di kubu Habib Rizieq dengan Istana, juga PDIP, sangat merugikan citra Jokowi di mata pemilih Islam "garis keras".

Lihat saja reaksi Tim 11 PA 212 setelah beredar foto pertemuan Jokowi dengan PA 212. Dari 7 poin yang disampaikan, tiga poin di antaranya berisi kekecewaan beredarnya foto tersebut dan meminta agar pembocornya diusut. Tentu kita heran mengapa Tim 11 begitu gusar. Jika bertujuan baik seperti mereka sampikan yakni mendesak Jokowi agar menghentikan kebijakan kriminalisasi terhadap ulama, mengapa harus disembunyikan? Bukankah jika tidak disiarkan, justru bisa menimbulkan fitnah, memunculkan sikap saling curiga dan dianggap pembohongan terhadap umat?

Tetapi sebagai orang yang berada di pihak Jokowi, Eva mestinya tidak ikut memanaskan suasana dengan celoteh konyolnya. Menyebut (sebagian) Alumni 212 sudah sadar, hanya akan menimbulkan kegaduhan baru. Kita memahami, dalam politik selalu ada reserve- parasut untuk pendaratan darurat, manakala situasi tidak berjalan sesuai rencana.

Pendekatan yang dilakukan Jokowi dan PDIP ke kubu PA 212 bisa saja menimbulkan pertentangan di kalangan kaum nasionalis garis keras sehingga perlu dimunculkan orang-orang seperti Eva sebagai pengimbang. Tetapi  mestinya tidak dengan mempertentangkan secara frontal antara Megawati dengan Rizieq, Jokowi dengan alumni 212. Masih banyak hal lain yang bisa dikemas lebih elegan sebagai penegas PDIP tetap berbaju nasionalis meski "mengakomodir" kubu agama.  Eva tidak perlu memunculkan kegelisah  internal PDIP, khususnya dari faksi nasionalis, ke tengah publik demi kepentingan yang lebih luas.

Eva bisa mencontoh bagaimana Erwin Singajuru,  menyikapi perbedaan persepsi yang muncul usai pertemuannya dengan Rizieq Syihab. Menurut Erwin, silaturami itu untuk membuka komunikasi. Sebab dalam politik tidak dikenal mutlka-mutlakkan. "Jangan ada jalan buntu dalam berpolitik, karena jalan buntu akan membawa ketegangan dan friksi yang justru harus dihindari," kata Erwin.

Tidak lupa, Erwin pun memuji sosok Habib Rizieq yang disebutnya figur penting di tengah merosotnya kepercayaan publik terhadap partai politik. Banyak yang menitipkan aspirasi politiknya kepada Rizieq. "Suka atau tidak suka, faktor Habib Rizieq tidak bisa diabaikan," pujinya.  

Jika kader PDIP seperti Eva tidak segara mengubah gaya komunikasinya, bukan hal yang aneh manakala konstelasi politik tetap panas dan menghadap-hadapkan Jokowi dengan ulama. 

Salam @yb

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun