Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Sri Asih", 3 Tahun Penantian yang Berakhir Memuaskan

19 November 2022   11:40 Diperbarui: 20 November 2022   17:52 1599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Sri Asih (Sumber: Imdb via www.kompas.com)

Ya benar, seperti halnya Gundala yang menawarkan cerita impian akan sosok pahlawan yang mampu melawan ketidakadilan dan kezaliman dari para penguasa, Sri Asih pun demikian. Perlawanannya terhadap korupsi, kejahatan yang dibiarkan negara, hingga toxic masculinity, menjadi "musuh besar" yang dihadapi Sri Asih selain musuh utama berupa sesosok super villain.

Rumah susun, penggusuran dan pasar adalah sedikit contoh dari berbagai simbolisme di film ini yang menunjukkan ketidakberdayaan masyarakat kecil dalam melakukan perlawanan dan kemiskinan yang menjadi alat bagi penguasa. Di mana kehadiran Sri Asih menjadi semacam jawaban, harapan baru dan impian yang too good to be true bagi masyarakat.

Dewi Asih. Sang ratu Adil yang membawa kehidupan baru penuh kedamaian dan ketenangan.

Cnnindonesia.com
Cnnindonesia.com

Berbanding terbalik dengan Roh Setan yang lahir dari kemarahan dan kekecewaan atas stigmatisasi masyarakat. Sebuah kebobrokan sistem yang melahirkan sosok jagoan dan penjahat secara bersamaan. Sebuah pedang bermata dua dari kemiskinan yang terstruktur.

Memang Sri Asih bukanlah superhero movie yang sempurna. Namun untuk sebuah film yang didapuk untuk melanjutkan jagat sinemanya, film ini cukup berhasil memberikan pengalaman yang lengkap dari sebuah film adisatria lokal yang kita butuhkan. Bahkan bagi saya, Sri Asih berhasil melampaui ekspektasi saya bahkan ekspektasi banyak orang yang juga terekam dalam berbagai reaksi positif di media sosial.

Imdb.com
Imdb.com
Koreografer pertarungan dan CGI adalah dua hal yang paling mengalami banyak peningkatan dibanding Gundala. 

Jika pada Gundala pergerakan kameranya membuat pertarungannya terasa lambat, maka pada Sri Asih tidak demikian. Kombinasi koreografi olahan Uwais Team dan tata kamera yang apik dari Arfian (My Stupid Boss 2, Sayap-Sayap Patah) membuat setiap adegan pertarungan di film ini terasa cepat dan padat intensitasnya.

Apalagi pada adegan pertarungan pamungkasnya, Sri Asih benar-benar menunjukkan kualitasnya yang ada di atas rata-rata film lokal. 

Ya, adegan pertarungannya mengingatkan saya akan adegan khas film-film superheronya Zack Snyder yang gelap, brutal dan cepat, hanya saja kali ini dalam versi yang lebih lite.

Ditambah dengan kombinasi skoring bernuansa tradisional dan modern yang terasa sekali pengaruh dari Hans Zimmer (hal ini juga sudah dilakukan Bembi Gusti dan Aghi Narotama di Gundala), membuat setiap adegan pada Sri Asih terasa gagah, keren, namun juga tak menghilangkan sisi feminisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun