Namun layaknya film dengan tokoh utama hewan lainnya, The One and Only Ivan juga mengizinkan hewan-hewan tersebut untuk "menjadi" manusia. Dalam arti memiliki cara berpikir, logika, dan perasaan layaknya seorang manusia.
Hal itu cukup dimengerti karena tujuan utamanya memang untuk memberikan sedikit gambaran mengenai seperti apa sebenarnya yang hewan-hewan tersebut rasakan selama bertahun-tahun hidup dalam kurungan sempit.Â
Pun menjadi cara paling mudah untuk menyampaikan isi ceritanya kepada anak-anak. Sehingga untuk para "kaum realistis", sudut pandang yang digunakan film ini mungkin akan sedikit mengecewakan.
Hanya saja bagi yang merindukan aksi petualangan seru tersebut tidak akan mendapatkannya dalam film ini. Ya, karena The One and Only Ivan memang berfokus pada problematika tiap-tiap hewan yang tersiksa dalam kurungan, tentunya dari sudut pandang hewan tersebut.Â
Cukup emosional khususnya pada penceritaan kilas balik Ivan dan Stella ketika mereka yang berasal dari alam liar harus berada pada kurungan tersebut.
Puzzle ingatan masa lalu mereka yang membuat mereka percaya masih ada kebebasan. Masih ada alam liar yang luas tempat di mana mereka seharusnya berada.
Hanya saja bagi penulis, cerita yang dibangun untuk menunjukkan chemistry antara Ivan dan Mack terasa tak cukup kuat. Pun antara Ivan dan Julie juga sama, di mana seharusnya bisa lebih lagi. Sehingga ketika tiba saatnya momen perpisahan antara Ivan dan pemiliknya, hal tersebut tak benar-benar terasa menyentuh.
Namun sisi emosional yang dibutuhkan jenis film seperti ini tetap terakomodasi dengan baik melalui chemistry antar karakter hewannya. Dan pujian tentu saja layak disematkan kepada tiap pengisi suara yang mampu menghidupkan setiap karakter bahkan momen-momen kebersamaan antar hewan menjadi sesuatu yang layak untuk dinikmati. Setiap pertemuan dan perpisahan terasa hidup dan menyentuh.