Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Darah Daging", Aksi Perampokan dengan Sisipan Drama Keluarga yang Menyentuh

6 Desember 2019   10:06 Diperbarui: 6 Desember 2019   19:48 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Twitter @skylar_pictures

Kombinasi ilustrasi musik garapan Rizal Mamun juga berpadu apik dengan sound effect desingan peluru senjata laras panjang yang terdengar real. Sehingga mampu menghasilkan adegan aksi intensitas tinggi yang cukup terjahit rapi.

Pemilihan teknik Shaky Cam oleh sinematografer Budi Utomo untuk menangkap adegan aksinya juga dirasa cukup tepat. Memang visualnya tak sebagus The Raid yang sampai saat ini masih menjadi film yang dengan sukses memadukan teknik Shaky Cam dan Steady Cam untuk menghasilkan adegan laga yang cukup real. Namun hasil pada Darah Daging sejatinya juga bisa dibilang cukup baik.

Karena penonton seakan diajak ke dalam suasana aksi dalam film meskipun efek sampingnya mungkin terasa memusingkan bagi penonton yang tak terbiasa dengan teknik pengambilan gambar seperti ini.

Sumber: Twitter @skylar_pictures
Sumber: Twitter @skylar_pictures
Tone serta color grading yang dipilih pada film ini juga mampu menghasilkan visual yang menawan. Meskipun pada beberapa objek seperti uang, efek penggunaan color grading tersebut justru membuat tampilan uang tampak tidak real dan seperti mainan. Ya meskipun ini sebenarnya masih masuk ke dalam kategori minor flaws.

Hanya saja, titik lemah film ini ada pada bagian aksi dan reaksi yang tidak cukup halus. Seperti kita tahu, untuk film laga seperti ini reaksi yang natural sangat dibutuhkan untuk mendukung kekuatan tiap aksi yang dilakukan. Namun Darah Daging tidak seperti itu.

Ada beberapa adegan yang seharusnya memiliki reaksi lebih real, namun jadi terkesan mengada-ada. Seperti orang-orang yang hanya menyaksikan dari jauh dan sama sekali tak ada yang datang ketika adegan Rahmat kecelakaan mobil. Atau adegan baku tembak dengan polisi yang masih terasa kaku. Hingga adegan membobol ATM yang terasa sia-sia karena sejatinya mereka ada di dalam bank yang sama, tempat mereka membobol brankas besarnya.

Memang adegan-adegan tersebut cukup make sense jika mengingat mereka adalah segerombolan perampok amatir. Hanya saja sedikit riak pada unsur reaksi tersebut memang cukup mengganggu intensitas aksi yang sudah dibangun apik di sepanjang film.

Bahkan salah satu adegan yang menurut penulis seharusnya tidak memerlukan adanya green scene, kembali menjadi faktor yang memperlemah film ini. Adegan jadi terasa kurang real karena editannya pun terasa kurang rapih pada bagian ini.

Sumber: Twitter @skylar_pictures
Sumber: Twitter @skylar_pictures
Sedangkan untuk konklusi akhirnya, harus diakui bahwa film ini mampu menutupnya dengan adegan klimaks yang menyentuh dan penuh haru meskipun sejatinya masih meninggalkan lubang pertanyaan. Namun sisipan drama menyentuh tersebut seakan mampu menghapus segala kekurangan yang sempat muncul di antara 83 menit durasi filmnya.

Orang baik yang dalam kondisi terjepit bisa terpaksa melakukan tindak kejahatan, jelas menjadi pesan utama yang sukses disampaikan pada film ini. Selain juga tentang betapa berharganya sebuah keluarga dan pengorbanan yang mereka lakukan demi mempertahankan kelangsungan hidup darah daging yang dicintainya.

Sumber: Twitter @skylar_pictures
Sumber: Twitter @skylar_pictures
Menjadikan film ini layaknya sebuah gambaran relevan terkait kehidupan sosial di era modern ini. Era di mana menghalalkan segala cara demi mencapai suatu tujuan bukanlah sesuatu yang mengherankan. Era di mana keapatisan orang-orang di sekitar, mampu mendistorsi jalan pikiran dan tindakan seseorang ke arah yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun