Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Love For Sale 2", Arini Itu Baik, Ekspektasi Kita yang Membuatnya Nampak Jahat

31 Oktober 2019   23:18 Diperbarui: 1 November 2019   15:48 14147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arini, Ican dan Bu Ros di Love For Sale 2. (Merahputih.com)

Richard dan Arini pada film Love for Sale (medcom.id)
Richard dan Arini pada film Love for Sale (medcom.id)
Jika pada film pertamanya Arini menebar kebahagiaan kepada Richard yang kesepian, pada Richard yang nampak tak memiliki keluarga untuk dijadikan sandaran hidup, maka pada film keduanya hal ini menjadi sangat berbeda.

Arini justru kini datang di tengah keluarga yang normal, yang meskipun konflik kerap terjadi namun masih tetap mempertahankan nilai-nilai kekeluargaan.

Kali ini Arini tidak hanya menunjukkan profesionalismenya kepada satu orang saja seperti halnya Richard, namun juga kepada keluarga besar Ican. Ya, keluarga yang memang sedikit kehilangan harapan dan kebahagiaan, di mana semuanya bersumber dari sang ibunda.

Insertlive.com
Insertlive.com
Tapi disitulah poin utamanya. Meskipun sejak awal kita tahu Arini akan mengulang kepergiannya secara tiba-tiba layaknya pada film pertama, namun sebutan 'The Most Horror Love Story' pada film keduanya ini nampak tak lagi relevan seperti halnya yang ditampilkan pada film pertamanya.

Jika kita sebagai penonton ikut merasakan penderitaan Richard pasca ditinggal Arini di sepertiga akhir film Love for Sale, maka kita tak akan menemukan sensasi itu pada film Love for Sale 2. Kepergian Arini bukanlah sesuatu yang mengagetkan lagi, pun bukanlah sesuatu yang nampak jahat karena Ican pun menyadarinya.

Wartakota.tribunnews.com
Wartakota.tribunnews.com
Berbeda dengan Richard yang melepas begitu saja pedal rem yang seharusnya ada ketika bersama Arini, Ican tidak demikian. Ican tahu bahwa Arini sedang menjalankan tugasnya, maka pedal rem itulah yang lantas membuatnya 'terlambat' jatuh cinta kepada Arini. Meskipun pada akhirnya ia juga jatuh cinta, setidaknya kita tahu bahwa masih ada rem yang memberikan Ican alasan untuk berpikir rasional.

Praktis, kali ini Arini meninggalkan luka begitu dalam yang justru dirasakan oleh sang ibu, bukan Ican. Karena alih-alih mendalami cerita hubungan antara Arini dan Ican, film ini memang berfokus pada sosok ibu dan bagaimana Arini mengambil hatinya untuk seketika berperan layaknya anak perempuan bagi sang ibu. Sementara relationship dengan Ican sendiri baru dipadatkan di sepertiga akhir.

Sulit memang menyamai pencapaian yang dihasilkan film pertamanya. Namun usaha sutradara Andibachtiar Yusuf bersama penulis skenario Mohammad Irfan Ramly dalam menggodok kisah petualangan Arini menjadi sebuah cerita baru jelas patut diapresiasi.

Love For Sale 2 mampu berjalan secara mandiri meskipun tetap membutuhkan benang merah yang sudah terbentuk di film pertamanya sebagai penguat berbagai konflik dan karakter baru di film ini.

Meskipun di filmnya kali ini terdapat multiple conflict yang sebenarnya berpotensi memperkuat rasa utama film ini, namun entah mengapa, deretan konflik tambahan tersebut justru banyak yang nampak antiklimaks dan terkesan ada hanya untuk memberikan penjelasan yang sejatinya tak diperlukan.

Movieden.net
Movieden.net
Sementara dari sisi aktor, setiap aktor yang ambil bagian dalam film ini juga nampak tak ada yang miscast. Semuanya mampu menampilkan performa terbaiknya meskipun beberapa di antaranya tampil pada screen time yang tak begitu banyak.

Baik Bastian Steel, Revaldo dan Egy Fedly, semuanya mampu memberikan performa terbaiknya sesuai dengan supporting character nya masing-masing. Penampilan mereka begitu membumi dan membuat kita percaya bahwa tokoh mereka benar ada di dunia nyata. Mereka sangat baik dalam merepresentasikan suku Padang lintas generasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun