Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

BJ Habibie dan Penggalan Cita-cita Anak Indonesia

12 September 2019   13:48 Diperbarui: 12 September 2019   13:50 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Gambar olahan pribadi menggunakan Foto BJ Habibie dari laman pontianakpost.co.id

"Kalau bukan Anda yang membangun bangsa ini, jangan harapkan orang lain membangun. Masa depan setiap bangsa ada di sumber daya manusianya," - BJ Habibie

Kabar meninggalnya Bacharuddin Jusuf Habibie tentu saja meninggalkan duka yang amat dalam bagi segenap masyarakat Indonesia. Pukul 18.05 WIB di tanggal 11 September 2019 pun menjadi akhir dari perjalanan 11 hari perawatan intensif BJ Habibie untuk berjuang dan bertahan dari sakit dan lemah tubuh yang mungkin dirasakannya.

Sosok yang selama ini dikenal sebagai negarawan yang tak pernah lelah untuk turut serta membangun negeri dan juga menjadi inspirasi bagi banyak orang lewat karya-karyanya, pada akhirnya telah mencapai garis finish kehidupannya di usia 83 tahun.

Namun, berbicara soal sosok almarhum BJ Habibie, tentu tak bisa mengesampingkannya dari apa yang saya sebut sebagai penggalan cita-cita masa kecil. Setidaknya bagi saya dan anak-anak lainnya yang lahir di era 90-an awal, yang kemudian tumbuh pada era dimana cendekiawan, insinyur dan ilmuwan menjadi profesi yang sangat dihormati sekaligus menjadi impian banyak anak-anak.

Sosok BJ Habibie yang saya kenal di masa kecil bukanlah sosok BJ Habibie yang dikenal dengan Theory of Habibie. Bukan juga mengenal beliau atas keputusan-keputusan politiknya baik yang ciamik maupun kontroversial. Bahkan juga tidak mengenal beliau karena beliau merupakan sosok penggagas MRT untuk beroperasi di Jakarta. Bukan BJ Habibie yang seperti itu yang saya tahu di masa kecil dulu.

Sumber: jatimnet.com
Sumber: jatimnet.com
Yang saya tahu pada saat itu, beliaulah bapak pesawat Indonesia, dimana paten dan penemuan-penemuannya di bidang teknologi transportasi khususnya penerbangan memang diakui oleh para ilmuwan dunia. Terlebih ketika pesawat N-250 Gatotkaca diluncurkan dan sontak menjadi kebanggaan bersama bangsa Indonesia.

Baik majalah anak-anak semisal Bobo hingga buku pelajaran cetak di sekolah-sekolah, sepakat untuk menyelipkan jasa dan kisah inspiratif beliau agar bisa diketahui dan dinikmati para siswa dan siswi di seluruh penjuru Indonesia kala itu. Di tengah semangat literasi yang belum terdistorsi media digital kala itu, membaca biografi BJ Habibie sama menariknya dengan membaca biografi pahlawan nasional semisal Kartini atau Jenderal Sudirman.

BJ Habibie yang juga ilmuwan sekaligus politisi, prestasinya bisa dibilang jauh lebih populer di mata anak-anak, dibandingkan tokoh-tokoh lain di masa itu, termasuk Presiden Soeharto sekalipun.

Maka jika tubuh kemudian dianalogikan sebagai kumpulan cita-cita anak Indonesia pada masa itu, maka tiap penggalan anggota tubuh tersebut akan ditemukan nama BJ Habibie diantara deretan nama pilot, dokter, atau Presiden sekalipun. Ya, BJ Habibie bukan lagi dianggap sekadar nama, melainkan cita-cita.

Menandakan bahwa dirinya dan karya-karyanya layaknya sebuah harapan sekaligus impian bagi anak-anak. Beliau layaknya sebuah paket lengkap yang muncul di tengah kondisi krisis Indonesia yang tak menentu. Kondisi dimana sosok-sosok ilmuwan, cendekiawan dan orang-orang besar sangat diidolai anak-anak yang rindu melihat kemajuan Indonesia pada saat itu, meskipun mungkin baru sekadar paham dari sisi luar atau visualnya saja.

Sumber: m.baranews.com
Sumber: m.baranews.com
Kebanggaan anak-anak Indonesia terhadap pak Habibie juga sempat tergambar lewat penggalan lirik lagu Joshua Suherman semasa kecil berjudul Kapal Terbang.  Lagu yang sangat catchy dan ceria itu, menjadi penanda bahwa Pak Habibie memang jadi panutan anak Indonesia.

Cita-Citaku...uu...uu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun