Coba kita tarik lagi ingatan dari belasan tahun yang lalu atau lebih tepatnya di tahun 2002. Kala itu jagoan super dengan kekuatan laba-labanya berhasil menyihir jutaan orang di seluruh dunia termasuk Indonesia, sekaligus menjadi penanda akan kebangkitan film superhero modern.
Sony yang memiliki akses eksklusif atas hak properti intelektual (IP Rights) Spider-Man dan segala yang ada di dalam semestanya, lantas memulai debutnya dengan merilis film berjudul Spider-Man yang digarap oleh Sam Raimi.Â
Film yang kemudian meledak di pasaran tersebut pada akhirnya juga melekatkan nama Tobey Maguire dan Kirsten Dunst sebagai sepasang love interest dalam peran mereka sebagai Peter Parker dan Mary Jane.
Namun alih-alih melanjutkan ceritanya ke Spider-Man 4, Sony justru memilih untuk me-reboot franchise ini di tahun 2012 lewat The Amazing Spider-Man dengan menggandeng sutradara Marc Webb serta duet Andrew Garfield dan Emma Stone.
Trilogi yang pada awalnya konon telah direncanakan pun pada akhirnya kembali harus kandas, meninggalkan misteri kisah cinta Peter Parker pasca ditinggal Gwen sekaligus adegan penutup The Amazing Spider-Man 2 yang menggantung itu. Fans pun kembali dikecewakan karena berarti harus kembali siap menerima Peter Parker yang baru, sekaligus kemungkinan reboot lainnya yang menjemukan.
Maklum saja, karena IP Rights Spider-Man sendiri memang sudah lama dimiliki Sony pasca penjualan secara "ketengan" IP rights Marvel medio 90-an, yang kabarnya untuk menghindari kebrangkutan pasca berakhirnya era keemasan komik.
Maka Kevin Feige pun tak habis akal yaitu dengan melakukan pembicaraan dengan Sony seputar kemungkinan "peminjaman" karakter Spidey untuk MCU. Peminjaman IP Rights yang pada akhirnya juga memiliki banyak keterbatasan termasuk sebutan-sebutan khas dalam semesta Spider-Man yang tak boleh muncul dalam MCU. Contoh paling mudah adalah sebutan Spider Sense yang lantas diganti dengan Peter Tingle di Spider-Man: Far From Home.
Namun hari ini sebuah berita mengejutkan kemudian muncul dari ragam laman berita & hiburan semisal Indiewire dan Variety, untuk kemudian menyatakan bahwa Spider-Man keluar dari MCU. Â Berita yang pada akhirnya juga dilengkapi lewat konfirmasi resmi dari laman twitter Sony Pictures.
Sederhananya, Sony merasa aturan kontrak dan pembagian keuntungannya sudah benar sementara Disney meminta alternatif lain.
Dikutip dari laman indiewire.com, adapun pada 2 film Spider-Man era Tom Holland, Disney dan Marvel sudah diberikan keuntungan sekitar 5% dari total pendapatan sejak hari pertama rilis(First Dollar Gross). Sebagai gantinya, Disney & Marvel Studios boleh memunculkan karakter Spider-Man pada film Captain America: Civil War, Avengers: Infinity War dan Avengers: Endgame.
Disney pun merasa penawaran mereka sudah benar karena beranggapan kesuksesan Spider-Man era baru ini tak lepas dari visi Kevin Feige dan "bantuan" MCU yang mengorbitkan lagi ketenaran sang manusia laba-laba.
Tak mendapatkan titik temu atas kesepakatan kontrak, keduanya pun pada akhirnya memutuskan untuk berpisah jalan.Â
Keputusan yang tentunya mengundang beragam respon di media sosial ini lantas membuat banyak pihak termasuk saya, tertarik untuk menyimak bagaimana masa depan MCU dan Sony Pictures sendiri pasca kepergian sang manusia laba-laba dari jagat adisatria Marvel.
Setidaknya ada beberapa poin yang bisa disimak terkait kepergian Spider-Man sebagai berikut;
Rencana Jangka Panjang MCU yang Terganggu
Maka jika sudah seperti ini, segala kejadian yang terjadi di film Far From Home sudah tidak bisa digunakan lagi bahkan bisa jadi dianggap tidak ada pada film-film MCU selanjutnya.Â
Jadi, sudah tentu Kevin Feige dan tim harus memutar otak agar dasar cerita yang ada peran Spider-Man bisa dirubah sedemikian rupa. Karena bagimanapun rencana jangka panjang MCU sudah cukup terganggu pasca kepergian Spidey ini.
Kemungkinan Munculnya Adisatria Remaja Baru
Namun tentu saja Marvel Studios harus segera menggantikan Peter Parker dengan karakter Adisatria remaja lainnya agar penonton yang suka dengan genre film teen romance ala MCU tidak pergi begitu saja.Â
Maka entah karakter Cassie Lang, Iron Lad, Patriot atau Gravity yang nantinya akan diproyeksikan sebagai film MCU remaja yang baru, yang pasti Marvel butuh sosok bintang remaja yang kuat untuk menghapus bayang-bayang Tom Holland dan Spider-Man itu sendiri di jajaran cast Avengers kelak.
Petaka Bagi MCU, Peluang Bagi Sony
Coba saja lihat bagaimana sosok paman Ben harus digantikan oleh sosok Tony Stark. Atau sosok MJ-yang bukan Mary Jane-muncul menggantikan sosok Gwen yang seharusnya menjadi love interest Peter di usia sekolah tersebut. Dan tentu saja polesan teknologi dalam kostum Spidey yang "Tony Stark banget", alih-alih menggunakan kreativitas Peter layaknya dalam buku komiknya.
Tak hanya itu, dengan keluarnya Spidey dari MCU juga tentunya semakin meluweskan langkah Sony untuk mengangkat karakter-karakter Spider-Man Universe lainnya ke dalam film. Yang mana sebelumnya agak susah diwujudkan jika tanpa keterlibatan sosok Spider-Man di dalamnya. Ya seperti film Venom contohnya yang nampak aneh ketika sosoknya hadir tanpa "campur tangan" Spider-Man.
Pun begitu dengan kemungkinan munculnya film Spider-Verse dalam versi live action. Karena seperti kita tahu, pasca kesuksesan film animasi Spider-Man: Into The Spider Verse, banyak fansnya di seluruh dunia yang menginginkan film dengan tema spider-verse muncul dalam format live action.
Maka dengan kontrak 2 film Spider-Man yang tersisa untuk Tom Holland, bisa jadi hal tersebut akan diwujudkan demi mengakhiri saga Tom Holland dengan elegan.Â
2 film terakhir Holland bisa menjadi transisi untuk membuka konsep semesta Spider-Man yang lebih luas lagi untuk kemudian berganti dengan karakter Peter Parker dari universe lain misalnya ataupun memperkenalkan Miles Morales, si Spider-Man berkulit hitam yang memang menjadi penerus "sah" Peter Parker di dalam komiknya.
Bahkan konsep itupun bisa jadi akan menampilkan kembali para Spider-Man lawas dari era Tobey Maguire, entah sebagai cameo ataupun muncul dalam deretan homage film-filmnya. Sudah tentu hal ini akan menciptakan crowd pleaser yang luar biasa nantinya sekaligus ajang penonton untuk berduyun-duyun datang ke bioskop demi menyaksikan lagi 3 Peter Parker berbeda era.
Penutup
Dan hal ini tentu saja mengingatkan kita bahwa segala keputusan bisnis yang terjadi dalam industri film memang pada kenyataannya tak selalu berakhir menyenangkan.
Sekaligus menjadi pelajaran bagi MCU agar kelak tak menggantungkan cerita utama MCU pada karakter yang IP Rights nya masih ada di tengah-tengah. Toh masih banyak IP Rights karakter Marvel lainnya yang sudah dikuasai Marvel Studios dan potensial untuk diangkat menjadi film.
Hanya saja harapan tentu saja masih disematkan kepada Sony dan Disney, agar kelak proses transisi ini tak mengorbankan proses kreatif di dalamnya. Semoga kelak tetap ada kesepakatan antar kedua pihak mengenai proses transisi yang harus dibuat sehalus mungkin, agar baik fans MCU maupun Spider-Man nya Sony tak langsung dibuat kecewa atas perombakan total yang terjadi dalam kerangka cerita di film-film selanjutnya.
Meskipun memang tak bisa dipungkiri ini adalah keputusan lose-lose solution. Dimana Sony kehilangan partner dalam membuat kisah Spidey bersama deretan Avengers lebih seru lagi, sementara MCU kehilangan si anak bawang terbaiknya.
Dan siap tidak siap persaingan Marvel Universe dengan Spider-Man Universe pun sejatinya sudah dimulai dari sekarang, jika memang segala keputusan sudah mencapai titik akhirnya.
Jadi bagaimana, sudah siapkah menjadi saksi  atas babak baru Spider-Man pasca lepas dari MCU?
Salam Kompasiana.